CANTIKA.COM, Jakarta - Ibu bekerja kerap dianggap egois karena mementingkan karier ketimbang keluarga. Ibu bekerja dinilai mengabaikan anak-anaknya dan kehilangan momentum berharga bersama anak karena harus meninggalkan mereka untuk bekerja. Namun, sebelum menyatakan pro atau kontra dengan perspektif itu, simak penjelasan psikolog keluarga, Ratih Ibrahim, terkait dengan ibu bekerja.
Artikel terkait ibu bekerja:
Marcella Zalianty Paham, Ibu Bekerja Bikin Anak - anak Bete
Mana Lebih Bahagia dan Sehat, Ibu Bekerja atau Ibu Rumah Tangga
"Tentang ibu bekerja, saya adalah psikolog, pakar, yang mendukung ibu bekerja. Mengapa? Namanya juga kebutuhan orang, kan lain-lain. Kalau ada yang kemudian mendapatkan kemewahan untuk bisa menjadi ibu rumah tangga, itu diapresiasi," kata Ratih Ibrahim dalam acara Dancow Inspiring Mom beberapa waktu lalu. Perlu juga dipahami, ada ibu yang mendapatkan kesempatan untuk bekerja dan beraktualisasi. "Itu hak mereka juga dan perlu dihargai."
Terlepas dari urusan aktualisasi diri, keinginan mengejar karier, dan berkontribusi untuk masyarakat, ada pula ibu yang terpaksa bekerja demi membantu perekonomian keluarga. "Ada juga ibu yang harus bekerja lantaran desakan ekonomi, dan ini harus dilakukan," ucapnya.
Ilustrasi perempuan bekerja larut malam. Shutterstock
Apa pun kondisinya, baik ibu bekerja maupun ibu rumah tangga, Ratih Ibrahim mengingatkan, tak ada yang perlu disesali atau menganggap menjadi ibu rumah tangga lebih baik ketimbang ibu bekerja dan sebaliknya. "Karena semua orang sudah memiliki jalannya masing-masing," ucap Ratih Ibrahim.
Baca juga:
Jawab Mengejutkan Sheila Majid Saat Ditanya Karier dan Anak
Intinya, tutur Ratih Ibrahim, ibu bekerja juga berfokus membangun keluarga dan menjaga anak-anaknya. "Maka, baik sekali jika pasangannya masih ada, kegiatan ibu itu mendapat apresiasi dan dorongan," ucapnya. Kalaupun pasangannya tak ada, ibu bekerja membutuhkan lingkungan yang mendukung atau support system, misalnya dari keluarga besar, supaya karier dan keluarga bisa maksimal.