CANTIKA.COM, Jakarta - Akibat penetrasi gawai yang terus meningkat, kasus kecanduan semakin banyak ditemukan. Untuk itu, ada baiknya Anda mengetahui apa saja terapi untuk menghadapi kecanduan gawai.
Seseorang yang mengalami kecenderungan kecanduan memerlukan psikoterapi, bahkan farmakoterapi untuk mengurangi tingkat adiksi dan dampak yang dialami. Dikutip dari siaran pers Kementerian Kesehatan, Sabtu, 7 Juli 2018, ada tiga jenis terapi yang digunakan para praktisi psikiatri untuk menangani kasus adiksi.
Artikel lain:
Psikolog: Anak Kecanduan Gawai Berarti Alami Gangguan Mental
Kiat Mengatur Pemakaian Gawai oleh Anak
Anak Keranjingan Gawai? Perkenalkan 6 Hewan Peliharaan Ini
Bukan Salah Gawai Bila Anak Malas Olahraga. Simak Kata Psikolog
1. Cognitive Behavior Therapy (CBT)
Spesialis kedokteran jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Kristiana Siste, mengatakan orang yang memiliki ketergantungan terhadap sesuatu sudah mempunyai pola pikir tertentu. Untuk itu, CBT digunakan untuk memodifikasi pikiran-pikiran negatif agar dapat disubstitusi dengan pola pikir yang lebih positif.
“Dia kan sudah punya pikiran bahwa dengan main game saya senang, kalau saya mau senang saya harus game. Nah, untuk memodifikasi pikirannya, kita ganti menggunakan metode ini,” ujarnya.
2. Motivational Interview (MI)
Metode ini lebih cocok bagi pasien praremaja dan dewasa muda mengingat pengambilan keputusan atau otonomi dalam terapi sepenuhnya ada di tangan pasien.
3. Terapi perilaku
Metode ini dilakukan dengan cara memodifikasi lingkungan untuk menurunkan motivasi pasien untuk menghambat ketergantungan. Salah satu contohnya untuk pasien yang kecanduan gawai dan internet. Pasien perlu membuat aturan, misalnya menggunakan gawai hanya di area keluarga atau tidak ada menyediakan fasilitas Wifi di kamar.
“Bermain game itu untuk senang. Pasien perlu dialihkan ke berbagai bentuk aktivitas atau kegiatan yang menyenangkan. Perlu digali aktivitas nyata yang bisa membuat senang, misalnya kemping atau memasak,” lanjut Siste.
Adapun pendekatan pengobatan hanya diberikan kepada pasien dengan co-morbid, misalnya dengan gangguan kecemasan atau depresi.