CANTIKA.COM, Jakarta - Bagaimana dunia medis memandang posisi susu kental manis (SKM) menyusul beredarnya surat BPOM?
“SKM hanya penambah rasa atau pugasan untuk kue. Anda harus bijak menggunakan SKM. Ada juga yang menilai susu kedelai lebih baik, itu tidak sepenuhnya tepat. Rasa susu kedelai itu manis atau tawar? Kalau manis, Anda harus mengecek kadar gulanya,” jelas pakar gizi dari RS Siloam Kebon Jeruk, Jakarta, dr. Marya Warascesaria Haryono, Sp.GK.
Baca Juga:
Surat dan klarifikasi BPOM pertengahan Juli 2018 seolah menegaskan betapa jahatnya gula, yang kerap dijadikan tersangka atas melonjaknya kasus diabetes dan penyakit degeneratif lain. Marya mengimbau keluarga Indonesia untuk tidak memusuhi gula. Gula tetap dibutuhkan tubuh. Gula alias karbohidrat ada dua tipe, yakni kompleks dan simpel.
Artikel lain:
Beda Susu Kental Manis dan Susu Lain, Perhatikan Cara Konsumsinya
Hari Susu Sedunia, Saatnya Ajari Anak Mencintai Minum Susu
Bukan Susu, Menteri Kesehatan Sarankan Makan Ini untuk Protein
Selena Gomez Tiru Polah Bintang Film, Minum Susu dari Botol Bayi
“Kita disarankan mengonsumsi karbohidrat kompleks yang lama dicerna tubuh sehingga menciptakan efek kenyang lebih lama. Kalau karbohidrat yang Anda konsumsi simpel dan berlebih, sisanya akan disimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk lemak. Jika lemak berlebih, ini tanda bahaya bagi kesehatan. Ingat, 50 persen menu kita adalah karbohidrat namun Anda harus berkomitmen untuk memberi tempat bagi protein, vitamin, dan mineral,” paparnya.
Kuncinya, menyusun menu dengan gizi seimbang. Bagi yang terbiasa minum SKM setiap pagi, carilah pengganti karena SKM bukan untuk konsumsi rutin.
“Semua komponen nutrisi susu tetap kita dapatkan di SKM, ingat, tetap kita dapatkan. Namun jumlahnya kecil sekali kecuali kadar gulanya yang berkali-kali lipat jika dibandingkan susu murni. Apakah SKM susu abal-abal? Bukan. Nama yang tepat juga belum ada, karena sudah telanjur disebut susu kental manis. Agak sulit mengkaji penempatan SKM, kalau boleh disebut sirop,” jelasnya.