CANTIKA.COM, Jakarta - Sebagian orang masih enggan memberikan imunisasi kepada anak mereka karena khawatir terjadi sesuatu setelahnya. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi atau KIPI menjadi perbincangan hangat dan banyak yang mempertanyakann apakah ada efek samping dari imunisasi?
Baca juga:
Difteri, Ada Sanksi Antivaksin karena Lalaikan Kesehatan Anak
Difteri : Ganti Vaksin dengan Obat Herbal, Ini Penjelasan Dokter
Dokter Diploma in Tropical Medicine and Hygiene atau DTM&H Unit Neonatalogi, Toto Wisnu Hendrarto membenarkan jika beberapa pasien akan terkena KIPI setelah melakukan imunisasi atau vaksin. "Tapi kejadiannya mungkin hanya masalah medis minor, seperti demam. Berdasarkan keparahannya digolongkan menjadi demam ringan atau sedang," kata saat mengisi acara pelatihan Aliansi Jurnalis Independen atau AJI di Jakarta, Sabtu 21 Juli 2018.
Toto Wisnu menjelaskan kejadian ikutan pasca imunisasi atau KIPI, misalnya berupa demam, tidak berkaitan dengan masalah medis. Gejala ini adalah reaksi yang wajar pada setiap orang, khususnya anak-anak setelah melakukan imunisasi atau vaksin. Menurut dia, ini hanya reaksi yang diberikan lantaran tubuh menerima cairan atau benda asing di dalamnya. "Kenapa bisa demam? Karena ada benda asing yang dimasukkan ke tubuh. Jadi, demam itu sebagai reaksi saja," kata Toto Wisnu.
Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
Pada kesempatan yang sama, dia memperlihatkan data UNICEF yang menunjukkan angka KIPI di Indonesia sangat rendah. Contohnya pada imuniasi dan vaksin serentak yang diadakan di Pulau Jawa pada 2017, dari 35 juta anak yang diimunisasi, terdapat sebanyak 214 laporan kejadian pasca imunisasi.
Dari 214 laporan tersebut, Toto Wisnu menyampaikan hasil penelusurannya. "Tiga orang karena programmatic error, sembilan orang karena vaccines related atau MILD, dan sisanya coincidence atau kebetulan, bukan KIPI," ucap dia.
Artikel lainnya:
Anak Ayu Ting Ting Disuntik Vaksin Difteri, Reaksinya Lucu
Pemerintah akan kembali mengadakan imuniasi dan vaksin serentak, kecuali di Pulau Jawa. Imunisasi Ini akan menyasar anak-anak dengan rentang usia 9 bulan sampai 15 tahun. Kegiatan tersebut akan diadakan pada Agustus 2018 untuk sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dan sederajat, serta bulan September 2018 di Posyandu dan Puskesmas.