CANTIKA.COM, Jakarta - Perempuan pasti pernah merasakan ada pria yang memperhatikan dia dari ujung rambut sampai kaki. Ketika sedang asyik ngopi di kafe misalnya, atau sedang mengerjakan tugas kuliah di kampus, asyik ngobrol bersama teman, dan di manapun situasi ini bisa terjadi.
Tentu tidak menyenangkan jika setiap tingkah laku kita menjadi sorotan orang. Apalagi tatapannya begitu mengganggu, tertuju pada bagian tubuh tertentu, dan membuat tidak nyaman.
Psikolog Kasandra Putranto menegaskan pelecehan seksual tidak semata berupa sentuhan. Pelecehan bisa berbentuk godaaan hingga tatapan mata pelaku. "Siul siul, memanggil dengan panggilan tertentu, seperti baby, honey. Atau menyebutkan atribut tertentu, seperti juicy, wanna pee, dan lain-lain itu juga termasuk pelecehan," kata Kasandra Putranto, Senin 2 September 2018.
Kasandra menjelaskan tak peduli busana apapun yang dikenakan oleh korban pelecehan, perilaku melecehkan muncul dari mata dan pikiran yang tidak terkendali. "Semua tergantung dari kepribadian orang yang menjadi pelaku pelecehan," ucap dia.
Ilustrasi pemerkosaan/pelecehan. (pustakadigital)
Segala sesuatu yang masuk dalam pelecehan, menurut Kasandra, tidak bisa dibiarkan dan dianggap angin lalu. Sebab jika dianggap remeh, pelaku akan menganggap perilakunya biasa saja dan berakibat fatal, yaitu menjurus pada bentuk pelecehan yang lebih besar lagi dan korbannya terus bertambah.
"Meremehkan artinya membiarkan kekerasan terjadi dan berpotensi semakin besar," ucap Kasandra Putranto. Untuk menyatakan penolakan terhadap pelecehan, dia melanjutkan, bisa dilakukan tanpa membuat kehebohan atau keributan di lingkungan.
Contoh ketika seseorang menatapmu dengan cara yang tidak patut, Kasandra menyarankan, kamu bisa menatap kembali mata pelaku. "Lalu nyatakan dengan tegas kalau dia harus mengendalikan dirinya," ucap Kasandra.
YATTI FEBRI NINGSIH