CANTIKA.COM, Jakarta - Gempa tsunami Palu Donggala, Sulawesi Tengah yang terjadi pada Jumat, 28 September 2018 membuat orang terpaksa tinggal di pengungsian. Korban tewas akibat bencana ini mencapai 1.558 orang dan operasi pencarian dan penyelamatan masih berlangsung.
Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola mengatakan jumlah pengungsi gempa tsunami Palu Donggala mencapai 48.025 jiwa dan tersebar di 94 posko pengungsian.
Puluhan ribu pengungsi tadi terdiri dari orang dewasa sampai anak-anak, balita, dan bayi. Khusus untuk anak-anak, dokter spesialis penyakit dalam Ari Fahrial Syam mengatakan beberapa kebutuhan mereka yang mesti dipenuhi.
Pertama, terkait berbagai kebutuhan dasar yang harus segera diperbaiki. "Pengungsi harus mendapatkan makanan dan minuman yang cukup. Ini juga membuat mereka tenang karena kebutuhan hidup dasarnya dipenuhi,” kata Ari Fahrial Syam di Jakarta, Kamis 4 Oktober 2018.
Para pengungsi korban gempa tsunami beristirahat di tenda pengungsian di Taman GOR, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis, 4 Oktober 2018. ANTARA
Anak-anak harus terlindungi dari angin malam. Karena itu, kebutuhan alas tidur yang memadai dan selimut mutlak diperlukan. "Anak-anak juga sebaiknya diberikan suplemen yang berisi multivitamin dan mineral, karena makanan dan minuman dengan zat gizi yang lengkap masih terbatas," ucap dia.
Bagi anak-anak, Ari Fahrial Syam menambahkan, perlu upaya untuk melakukan trauma healing melalui buku-buku bacaan, mainan, dan kelompok-kelompok bermain. Dapur-dapur umum yang tersedia juga sebaiknya mendapatkan bahan makanan dan air yang bersih. Dengan begitu, makanan yang dikonsumsi dalam tetap keadaan segar. Jangan lupa untuk menjaga kebersihan lingkungan pengungsian dengan menyediakan tempat sampah.
Kondisi toilet darurat di lokasi pengungsi korban gempa tsunami di Taman GOR, Palu, Sulawesi Tengah, Kamis, 4 Oktober 2018. Karena kesulitan mendapatkan air bersih dan MCK, banyak pengungsi di beberapa lokasi pengungsian membuat toilet darurat sendiri. ANTARA
Sebelum memberikan donasi, sebaiknya ketahui kebutuhan pengungsi, terutama anak-anak, yang. “Saya berkoordinasi dengan teman-teman di lapangan dan mempersiapkan tim medis yang akan dikirim selanjutnya,” tutur Ari Fahrial Syam.