CANTIKA.COM, Jakarta - Urusan fashion bukan sekadar potongan busana, kenyamanan, aksesori, namun juga bagaimana pakaian itu dibuat dari bahan yang ramah lingkungan. Chief Commercial Officer Lenzing, perusahaan serat dari Austria, Robert Van de Kerkhof mengatakan sampah fashion pada 2030 diperkirakan mencapai 148 juta ton.
Dalam penyataannya, industri tekstil masuk dalam industri kedua tertinggi tingkat pencemarannya setelah petrokimia. Industri tekstil secara keseluruhan juga menyumbang pencemaran udara sebanyak 1,2 miliar ton karbondioksida per tahun. "Karena itu, penting untuk memilih produk fashion yang ramah lingkungan, yang artinya ramah sejak proses pembuatan sampai setelah tidak digunakan," kata Robert Van de Kerkhof.
Salah satu pilihan pakaian yang ramah lingkungan, menurut dia, adalah yang berbahan serat organik, misalnya yang terbuat dari katun atau kapas. Namun demikian, Robert Van de Kerkhof melanjutkan, ada pula serat yang bisa digunakan sebagai bahan pakaian yang juga ramah lingkungan, yakni serat dari bahan baku kayu terbarukan. Serat-serat bisa dijadikan bahan dasar untuk tekstil dan nonwoven.
Robert Van de Kerkhof mengatakan bahan dari serat kayu yang diproduksi Lenzing, bernama serat Tencel. Beberapa pakaian yang bisa dibuat dari benang tencel mulai dari baju bayi, pakaian dalam pria dan wanita, termasuk produk perawatan kecantikan seperti tisu basah, dan masker. Serat ini juga bisa digunakan untuk membuat seprai, handuk, dan lain-lain.
Contoh busana yang terbuat dari serat tencel. Tabloidbintang.com
Selain ramah lingkungan, produk fashion dari serat tencel juga nyaman saat dipakai. Tekstur bahannya lembut sebagaimana katun, dan adem.
Artikel lainnya:
Permainan Warna Memikat Koleksi Cromia dari Sebastian Gunawan
Pesona Tunangan Baim Wong, Paula Verhoeven di Paris Fashion Show