CANTIKA.COM, Jakarta - Direktur Mass Rapid Transit atau MRT Jakarta, Silvia Halim memutuskan berkarier di bidang konstruksi yang didominasi laki-laki. Silvia Halim mengatakan sempat merasa khawatir saat menjadi satu-satunya wanita yang masuk jajaran direksi dan menjabat sebagai direktur konstruksi di proyek angkutan cepat terpadu itu.
Baca juga:
Direktur Konstruksi MRT Jakarta, Silvia Halim Punya Mantra Harian
Kendati sudah 2 tahun bergabung dalam tim MRT Jakarta, Silvia Halim mengakui hingga kini dia terkadang merasa takut dan ragu karena proyek ini berdampak besar bagi masyarakat. Untuk memacu semangat, Silvia Halim punya dua kutipan yang menginspirasinya.
Dua kutipan itu ada di buku 'Lean In: Women, Work, and the Will to Lead' yang ditulis oleh Sheryl Sandberg, Chief Operating Officer Facebook. Kutipan pertama adalah 'So please ask yourself: What would I do if I weren't afraid? And then go do it' dan kutipan kedua 'sit at the table'.
Silvia Halim menjelaskan, kutipan 'So please ask yourself: What would I do if I weren't afraid? And then go do it' berarti apa yang ingin dilakukan bila kita tidak merasa takut. "Dari situ saya terdorong untuk memastikan kalau keputusan yang saya buat bukan dari rasa takut dan saya yakin keputusan itu benar," kata Silvia Halim.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim usai meninjau lokasi jatuhnya parapet di jalur layang MRT kawasan Panglima Polim, Jakarta Selatan pada Sabtu, 4 November 2017. Tempo/ Zara Amelia
Kutipan kedua 'sit at the table' bermakna mendorong wanita untuk berani memberikan pandangan di rapat dan terlibat dalam membuat keputusan. "Perempuan yang ada dalam industri, di mana kita menjadi cewek satu-satunya, sering merasa rendah diri karena tidak mau mencolok atau menarik perhatian," kata Silvia Halim. Padahal, dia melanjutkan, wanita harus percaya kalau mereka memang berhak terlibat dalam diskusi dan memberikan opininya, tak perlu merasa takut.
Silvia Halim mengatakan dua kutipan ini membantu dia untuk tetap semangat dan terus bisa percaya diri. Wanita 36 tahun ini juga mendorong setiap perempuan untuk berani masuk ke industri yang masih dianggap maskulin. Sebab, semua industri perlu opini yang seimbang dari pria dan wanita. Bila hanya pria yang terlibat dalam pembangunan, maka hasilnya tidak akan mendukung wanita.
ASTARI PINASTHIKA SAROSA