CANTIKA.COM, Jakarta - Aktris Tatjana Saphira mengakui awalnya kesulitan menikmati buku, bahkan merasa dipaksa sewaktu duduk di sekolah dasar. Tapi, kini pemikiran itu sudah tidak berlaku lagi. Tatjana Saphira bahkan memilih buku sebagai bagian dari gaya hidup dan hiburan.
“Pas SD itu zaman susahnya baca buku dan harus dipaksa. Aku ingat sekali di sekolah sering banget ada summer reading. Jadi, sebelum memasuki tahun ajaran baru, pasti ada tugas selama liburan baca minimal dua buku dan kita bikin semacam review dari bukunya dan itu malesin banget pada zamannya,” ungkap Tatjana di Jakarta Selatan, Senin, 18 Februari 2019.
Artikel lain:
Tatjana Saphira dan Gaun Etnik di Seoul International Drama Award
Berkat tugas membaca sewaktu SD, Tatjana bersyukur karena kegiatan itu mengajarkannya bahwa membaca sesuatu itu benar-benar harus dipahami, bukan sekadar dibaca. Pacar Herjunot Ali ini selalu menyempatkan setiap hari membaca buku selama 30 menit hingga satu jam. Saat ini, dia banyak mengoleksi aneka buku, fiksi dan nonfiksi. Tatjana menyebutkan salah satu buku favoritnya adalah The Monk Who Sold His Ferrari karya Robin Sharma.
“The Monk Who Sold His Ferrari memang buku lama, terbit tahun 1997. Saya dapat rekomendasi buku itu dari Kak Dewi Sandra, sekitar dua atau tiga tahun lalu. Buku itu it’s so good dan membuka mata tentang arti kehidupan. Tahun lalu, aku bawa buku itu pas liburan. Aku selesaikan half of it pas terbang ke tempat liburan. Dan pas balik ke Jakarta I’m finisih rest of it. Bagi saya, membaca buku itu mendapatkan perbendaraan kata baru, belajar cara pandang yang berbeda terhadap beberapa hal, juga belajar pola pikir baru,” ucap dara berusia 21 tahun ini.
Tatjana Saphira. TEMPO/Nurdiansah
Tatjana pun menambahkan, “Baca itu selain buat pendidikan, juga entertainment buat aku, kalau aku lagi jenuh, capek, lagi bosan di lokasi syuting. Ya mungkin sekarang banyak orang yang ngisi dengan main Instagram atau nonton YouTube. Tapi aku suka banget kalau lagi baca buku, karena in the moment dan menggunakan imajinasi aku untuk menghidupkan si cerita dalam suatu buku.”
Hingga saat ini, Tatjana menuturkan tidak pernah membatasi anggaran untuk membeli buku. Menurutnya, lebih baik menghabiskan uang untuk yang berguna seperti membeli buku daripada hal yang kurang penting. Alhasil, saat bepergian ke luar negeri, dia selalu menyempatkan ke toko buku.
“Ya suka banget kalau ke luar negeri, aku beli buku. Kalau ada teman di luar negeri, pasti aku tanya mereka ke tempat bookstore. Dan kadang-kadang aku suka ngabisin waktu di situ. Kemarin aku ke Tokyo, Jepang, ada toko buku namanya lupa, itu koleksi bukunya terlengkap menurut aku. Koleksi buku terbitan tahun 1980-an hingga zaman modern tersedia lengkap. Dan, yang paling aku suka di sana adalah pengunjungnya bisa bebas membaca buku sebelum membeli,” kisahnya.