CANTIKA.COM, Jakarta - Kebiasaan sarapan pada anak memberikan banyak manfaat untuk tumbuh kembangnya. Di antaranya menyediakan energi yang cukup, mencegah rasa lapar, menjamin ketersediaan glukosa untuk aktivitas otak, khususnya neurotransmitter, hingga menambah daya serap pelajaran dan konsentrasi belajar.
Baca juga: Anak Belum Terbiasa Sarapan, Mulai Biasakan Selama 22 Hari
Terkait pentingnya sarapan pada proses belajar telah teruji di dalam jurnal berjudul Kebiasaan Sarapan Pagi dan Performa Akademis pada Anak yang diteliti Dr dr I Gusti Lanang Sidiartha Sp.A(K). Dalam jurnal itu disebutkan anak-anak yang terbiasa sarapan bernutrisi memiliki nilai akademik empat kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak sarapan.
Penelitian yang melibatkan 178 siswa berusia 6-12 tahun di SD 1 Taro, Gianyar, Bali tersebut menunjukkan sekitar 51,7 persen anak memiliki kebiasaan sarapan. Anak-anak dengan kebiasaan sarapan juga memiliki nilai rapor dengan rata-rata di atas 71,1. ”Kami ambil nilai semester paling terakhir, lalu kami lihat nilainya dan seluruhnya dirata-ratakan nilainya dan dibandingkan. Nilai anak yang rutin sarapan selalu di atas rata-rata,” ucap dr Lanang saat ditemui dalam acara Konsentrasi Ciptakan Mimpi Bersama Energen, Menutup Pekan Sarapan Nasional 2019 di fX Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis 21 Februari 2019.
Menurut dr Lanang, sarapan anak-anak dikatakan lengkap dan bernutrisi, bila memiliki minimal empat dari tujuh komponen gizi. Meliputi biji-bijian utuh atau karbohidrat, legume dan kacang-kacangan, produk susu, daging, telur, buah kaya vitamin A, sayur, serta buah lainnya. “Minimal ada empat komponen tersebut di menu sarapan, kalau bisa lebih dari empat, lebih bagus. Tapi yang wajib selalu ada itu menu protein hewani,” tuturnya.
Selain wajib ada di dalam menu sarapan, komponen protein juga penting divariasikan. “Protein sumbernya ada hewani dan nabati. Itu harus divariasikan saat anak-anak sarapan, tidak boleh sama terus-menerus. Misalnya karena anak suka daging ayam, terus sepanjang hari makan itu. Protein itu macam-macam jenisnya. Misalnya asam amino, yang essensial saja ada sembilan jenisnya. Kandungan ini penting untuk perkembangan kognitif anak di masa emas dan sekolah dasar. Dan, tubuh tidak bisa buat itu, jadi anak harus dapatkan dari sumbernya, yaitu makanan. Untuk anak usia dua tahun ke atas minimal 3 jenis, seperti telor, ikan, dan kacang,” jelas dr Lanang.
Artikel lain: Sudahkah Anda Sarapan? Jangan Lupa Perhatikan Menu dan Gizinya
Sementara itu, khusus komponen karbohidrat boleh dikonsumsi satu jenis saja secara terus-menerus. “Pilihan karbohidrat untuk anak bisa nasi, ubi, jagung, atau mie. Jika anak mau makan satu jenis saja sepanjang hidupnya tidak apa-apa, karena kandungan karbohidratnya sama,” pungkas dr Lanang.