CANTIKA.COM, Jakarta - Jika bayi Anda tipe yang rewel, maka waspadalah pada tingkat stres yang dialami ibu. Penelitian di Universitas Michigan di Amerika Serikat membenarkan bahwa tingkat kerewelan bayi dan usia kelahiran sangat mempengaruhi kemungkinan gejala stres dan depresi yang dialami ibu pascamelahirkan.
“Ibu dari bayi rewel yang lahir prematur terlambat dan cukup bulan lebih cenderung mengalami tingkat depresi yang lebih parah daripada ibu dari bayi rewel yang dilahirkan prematur awal,” kata Prachi Shah, dokter perkembangan dan perilaku anak di Mott Children's Hospital sekaligus peneliti di Pusat Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia Universitas Michigan.
Artikel lain:
Peneliti Ungkap Kaitan antara Obesitas dan Depresi
Ini sebabnya orang tua dan tim medis perlu memperhatikan usia kelahiran bayi dan seberapa rewel bayi untuk dapat mengantisipasi dan menghindari gejala-gejala stres dan depresi pada ibu. Harus diingat pula bahwa gejala depresi ringan dapat berkembang menjadi gejala depresi yang lebih parah jika tidak ditangani sedini mungkin.
Selain faktor kerewelan bayi dan usia kelahiran, tingkat stres dan depresi ibu pascamelahirkan juga dipengaruhi faktor sosial-ekonomi lain, seperti tingkat penghasilan dan hubungan pasangan atau pengaruh lingkungan sekitar.
Baca juga:
Manfaat Kopi Hitam, Cegah Depresi dan Menurunkan Berat Badan
Kelelahan dan tangisan bayi bisa menyebabkan ibu mudah stres. Ketika menyadari anak tipe yang sulit ditangani, jika dirasa Anda dan pasangan tidak bisa menghadapinya sendiri, segeralah meminta bantuan untuk mengurus bayi.
“Dokter anak dan para perawat harus memperhatikan ibu yang menunjukkan kesulitan dalam menenangkan bayi,” kata Shah. “Intervensi dini dapat membantu mengurangi risiko depresi ibu yang berdampak negatif pada hubungan anak-orang tua dan yang mungkin membahayakan kesehatan ibu dan anak.”