Memahami Tahap Ocehan Bayi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi bayi merangkak. freepik.com

Ilustrasi bayi merangkak. freepik.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Ocehan bayi akan semakin jelas terdengar seiring bertambahnya usia sehingga orang dewasa bisa dengan mudah menyadarinya. Begitu pendapat Marilyn Vihman, profesor ilmu bahasa dan linguistik di Universitas York di Britania Raya yang telah menulis beberapa buku tentang perkembangan bahasa.

“Ini benar-benar perubahan tajam yang bisa dikenali orang dewasa. Anda tidak perlu menjadi pakar lingustik untuk mengenalinya,” kata Vihman.

Namun, untuk dapat mendeteksi berbagai tahapan dan fase celotehan bayi, Anda perlu mendengarkannya lebih seksama. Mulai dari awal, bayi umumnya akan menghasilkan serangkaian bunyi konsonan yang berbeda sehingga mereka mengembangkan kebiasaan mengulang yang sangat berirama.

Baca juga:

Bayi Rewel, Ibu pun Depresi. Ini Saran Pakar

Setelah itu, mereka biasanya akan membatasi eksplorasi dengan hanya mengucapkan satu atau dua konsonan yang paling sering mereka ulangi, seperti “bababa” atau “dadada”, jelas Catherine Laing, peneliti linguistik yang berfokus pada pengembangan bahasa awal pad bayi di Universitas Cardiff, Wales.

“Mempunyai beberapa konsonan berbeda yang diucapkan sesuka hati tampaknya merupakan prasyarat untuk benar-benar mulai mengucapkan kata-kata,” Marilyn Vihman menambahkan. “Ini semacam indikasi untuk bisa mengendalikan bentuk kata, sehingga mereka bisa mengucapkan kata-kata yang akan dikenali orang dewasa.”

Setelah memasuki tahap ini, bayi akan mulai mengeluarkan deretan suku kata panjang sebagai perilaku motorik refleksif tanpa mengetahui nilai praktisnya. Namun, kemudian deretan suku kata itu akan berubah menjadi ekspresi yang lebih pendek dan lebih terpotong yang mulai menyerupai kata-kata.

Artikel lain:
Kenali Gejala Dehidrasi pada Bayi Baru Lahir

Marilyn Vihman menganalisa perubahan ini didorong oleh kesadaran bayi terhadap kata-kata yang diucapkan orang dewasa di sekitar mereka dan keinginan untuk menirunya.

“Orang dewasa seperti dewa di alam semesta bayi, mereka memberikan kenyamanan, kehangatan, dan stimulasi sosial. Jadi motivasi besar bagi bayi adalah menjadi seperti orang dewasa,” kata Vihman.

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."