CANTIKA.COM, Jakarta - Kasus bullying atau perundungan merupakan dampak dari konformitas atau pengaruh sosial teman sebaya yang berlebih dan salah arah. Begitu kata Pakar Psikologi Sosial Universitas Gadjah Mada (UGM) Profesor Koentjoro.
"Konformitas ini berlebihan dan mendapatkan efek dari media sosial melalui gadget," kata Koentjoro.
Menurut Guru Besar Psikologi UGM ini, konformitas dalam bentuk kesetiaan atau kepatuhan pada kelompok usia sebaya merupakan ciri dari remaja, baik saat ini maupun masa lalu, sehingga tidak mungkin bisa dihilangkan. Berbeda dengan masa lalu, konformitas masa kini cenderung dipengaruhi oleh media sosial. Konformitas adalah suatu sikap di mana seseorang mengubah tingkah lakunya agar sesuai dengan norma kelompok.
Artikel lain:
Bullying di Mata Dian Sastrowardoyo
Kenali Tanda Anak Menjadi Korban Bullying
"Hanya saja perbincangan dalam satu grup di media sosial seperti Whatsapp di kalangan mereka terkadang tidak membicarakan fakta melainkan emosi yang tidak tepat sehingga membentuk konformitas ke arah yang salah," katanya.
Seperti kasus perundungan yang menimpa Audrey, seorang siswi Sekolah Menengah Pertama di Pontianak, Kalimantan Barat, menurutnya juga disebabkan konformitas yang keliru. Meski demikian, ia mengatakan kasus perundungan juga muncul akibat kurangnya peran orang tua atau keluarga dalam mendidik anak. Beragam faktor dalam keluarga menyebabkan anak menjadi pelaku perundungan.
"Sebetulnya, anak-anak nakal bukanlah sebab, mereka adalah akibat. Kalau kita runut lagi mungkin mereka tidak mendapatkan perhatian atau kasih sayang dari keluarga," katanya.