CANTIKA.COM, Jakarta - Psikolog politik Hamdi Moelek mengatakan calon legislatif yang bertarung dalam pemilihan umum 2019 berpotensi mengalami stres karena harapan yang terlalu tinggi.
"Kalau memang spekulasinya terlalu tinggi, enggak punya uang, terlalu yakin menang, terus minjam uang ke mana-mana, punya utang menumpuk karena mungkin ekspektasinya enggak realistis, akan mengalami gangguan jiwa," ujar Hamdi.
Ia mengatakan, gangguan jiwa cenderung tidak akan terjadi pada calon legislatif yang memiliki banyak uang dan memang berencana untuk menghabiskan uang. Menurutnya, caleg yang memiliki modal sosial besar cenderung memiliki modal yang kecil, begitu pula sebaliknya.
Baca juga:
Ciri Orang Stres di Tempat Kerja, Ada 2 Jenisnya
"Harus realistis lah," katanya. "Kalau sudah punya modal sosial di Dapil (Daerah Pemilihan), modal kecil. Tapi, kalau orang enggak punya modal sosial, pasti jor-joran, dan tidak realistis targetnya."
Popularitas bukan jaminan Sementara itu, bagi selebritas yang masuk ke ranah politik menurutnya akan cenderung lebih percaya diri untuk mendapat lebih banyak suara, meskipun menurut Hamdi, popularitas bukan jaminan.
"Karena calon legislatif begitu banyak, pemilih cenderung melihat partai pengusungnya. Dengan begitu, partai lama yang diuntungkan," kata Hamdi.
"Dari awal, mereka yang berspekulasi lewat jalur partai baru seharusnya tidak berekspektasi terlalu besar," tambahnya.
Tujuh partai politik terancam tidak lolos parlemen setelah perolehan suara mereka masih berada di bawah empat persen, menurut hitung cepat yang dilakukan oleh lembaga Indo Barometer, Kamis, 18 April 2019, siang.
Artikel lain:
Awas, Kata Ahli Stres Bisa Menular
Tujuh partai terancam tak lolos ke parlemen. Ketujuh partai tersebut adalah Partai Persatuan Indonesia (Perindo) dengan suara 2,67 persen, Partai Berkarya yang meraih 2,12 persen suara, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebesar 2,07 persen, dan Partai Hanura dengan kumpulan suara 1,64 persen. Tiga urutan terbawah ditempati Partai Bulan Bintang (PBB) dengan perolehan suara 0,84 persen, Partai Garuda sebanyak 0,57 , dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) dengan capaian suara 0,27 persen. Perolehan suara sementara ketujuh partai tersebut tidak memenuhi ambang batas parlemen (parliamentary threshold) sebesar 4 persen.