CANTIKA.COM, Jakarta - Bulan Ramadan sarat dengan perubahan di sana-sini yang cukup terasa, terutama bagi para ibu rumah tangga. Mereka harus bangun lebih awal di waktu sahur untuk menyiapkan santapan dan membangunkan anggota keluarga lain.
Ibu juga harus menyediakan santapan berbuka puasa yang lebih istimewa dari makan biasanya. Belum ditambah keinginan membimbing si kecil untuk memahami dan ikut berpuasa serta tetap memperbanyak ibadah seperti tarawih dan tadarus.
Buat sebagian orang, khususnya yang tidak cukup fleksibel, perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan rasa senewen atau bahkan stres. Psikolog anak dan keluarga Darjanti Kalpita R. menyebut perubahan ritme tidur, perubahan jadwal makan, dan perubahan biaya belanja berpotensi menimbulkan ketegangan.
Baca juga:
Siapa Bilang Yogurt Berbahaya buat Penderita Maag? Ini Faktanya
“Lebih pendeknya jam tidur dan keharusan makan di jam yang tidak biasa bisa menimbulkan rasa tidak nyaman. Tugas membangunkan si kecil yang biasanya sulit dibangunkan saat sahur juga dapat menimbulkan ketegangan tersendiri bagi ibu," kata Darjanti.
Termasuk di sini perubahan aktivitas ibadah yang diperbanyak, jelas bisa menimbulkan stres bila saat mengerjakannya seseorang merasa tidak nyaman atau tidak tenang karena masih memikirkan hal lain yang belum dikerjakan. Misalnya, saat salat tarawih masih memikirkan apa makanan menu sahur.
Sedangkan tentang perubahan biaya belanja, karena para ibu cenderung memiliki persepsi bahwa menu yang disajikan di bulan Ramadan harus istimewa. Akibatnya, anggaran belanja makan pun membengkak.
Ilustrasi stres. TEMPO/Subekti
“Sebenarnya ini persepsi keliru. Biasanya, makanan yang disajikan secara berlebihan pun tidak akan habis dimakan. Tentu saja ini pemborosan yang pasti berpotensi menimbulkan konflik dengan suami bila memang tidak ada biaya ekstra,” terangnya.
Stres pada sebagian orang bisa mengakibatkan gangguan kesehatan tubuh. Darjanti memberi contoh banyaknya keluhan nyeri di lambung saat berpuasa.
“Orang-orang mengambil kesimpulan bahwa karena berpuasalah dia mengalami nyeri lambung. Padahal sebenarnya, tidak semua nyeri lambung disebabkan perubahan jadwal makan di bulan Ramadan. Stres juga bisa menyebabkan nyeri lambung atau maag. Lalu, ada juga orang yang menyebutkan kalau mereka jadi cepat capek dan lelah selama bulan Ramadan gara-gara kurang tidur, ” papar Darjanti.
Artikel lain:
Atasi Sakit Maag dengan Kunyit
Perubahan aktivitas di bulan Ramadan bagi sebagian orang lainnya dapat dilalui dengan nyaman. Dan seharusnya begitu juga untuk semua ibu karena stres berlebihan pada menjelang dan selama Ramadan tidak perlu terjadi bila pintar mengelola dan mempersiapkan perubahan aktivitas dengan efektif.
“Kunci dari kesuksesan menjalankan ibadah di bulan Ramadan adalah pengelolaan waktu yang efektif. Dengan mempersiapkan segala sesuatu secara detail, maka perubahan aktivitas dapat tetap dijalani tanpa harus stres. Dan sebaliknya, justru selama bulan Ramadan kita dapat memperoleh energi psikis ekstra. Karena pada hakekatnya, ini adalah momentum penting bagi kita untuk introspeksi diri,” jelas Darjanti.