CANTIKA.COM, Jakarta - Atina Maulia pendiri merek busana muslim online, Vanilla Hijab menceritakan perjuangannya mendirikan bisnisnya tersebut. Sebelum mendirikan Vanilla Hijab, ia sempat menggunakan kursi roda karena penyakit autoimun. Hal itu juga membuatnya harus pindah tempat tinggal dan kuliah.
Baca juga: Vanilla Hijab Menyapa Senja dengan Paduan Warna Pastel dan Solid
Saat sedang menjalani semester keempat di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung, Atina Maulia harus pindah ke Jakarta untuk mendapatkan perawatan penyakitnya. Setelah kondisi kesehatannya membaik, ia ingin memiliki penghasilan sendiri dengan modal yang sangat minim.
Berawal dari keinginan itu, Atina berhasil mendirikan salat satu bisnis online untuk fashion muslim terbesar di Indonesia, Vanilla Hijab. “Sebelumnya sempat mimpi jadi insinyur perminyakan, lalu hilang saat saya duduk di kursi roda dan akhirnya ke Jakarta. Saat di Jakarta saya ingin bisa bayar kuliah sendiri, karena orang tua sudah mengeluarkan banyak uang untuk perawatan saya,” ujar Atina, saat konferensi pers Vanilla Hijab Annual Show 2019, di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Kamis 2 Mei 2019.
Vanilla Hijab Annual Show 2019 di Stadion Akuatik GBK, Jakarta Pusat, Kamis 2 Mei 2019. TEMPO/Astari Pinasthika Sarosa
Atina yang pada saat itu berencana untuk melanjutkan kuliahnya di PPM School of Management, memutuskan untuk berjualan hijab. Ia mulai mendirikan Vanilla Hijab pada tahun 2013. Saat itu ia baru berusia 20 tahun.
Dia memilih untuk menjual hijab online karena keterbatasan modal. “Dulu itu saya tidak punya uang untuk usaha, saya pergi ke toko kain di Mayestik. Saya foto motif-motifnya terus saya post online. Kalau sudah ada yang tertarik untuk beli, baru saya beli kainnya,” lanjut Atina Maulia.
Pendiri Vanilla Hijab Atina Maulia dan CEO Vanilla Hijab Intan Fauzia di acara Vanilla Hijab Annual Show 2019 di Stadion Akuatik GBK, Jakarta Pusat, Kamis 2 Mei 2019. TEMPO/Astari Pinasthika Sarosa
Bahkan, saat mulai membuat busana untuk lini fashion-nya, ia hanya melibatkan satu tukang jahit keliling yang sering mangkal di depan rumahnya. “Saya enggak punya penjahit, akhirnya keliling kompleks dan menemukan satu penjahit sepeda yang biasanya mau permak jeans. Akhirnya berkembang dia juga membawa teman-temannya dari kampung yang juga penjahit sepeda dan sekarang kita sudah punya rumah jahit,” jelas Atina.
Kini, Vanilla Hijab memiliki karyawan sebanyak 75 orang. Wanita kelahiran 27 Agustus 1993 ini tetap mengingat perjuangannya memulai bisnis ini dari nol. Atina tidak menyangka Vanilla Hijab bisa menjadi merek yang sangat besar di Indonesia di tahun keenam ini. Ia dan kakaknya, Intan Fauzia, berharap bisa terus menyebarkan energi positif dan kebaikan pada orang sekitar dengan bisnis ini.