Yuk Makan Kurma dan Dapatkan Berbagai Manfaat Sehat

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi kurma. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

Ilustrasi kurma. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Kurma memiliki berbagai manfaat kesehatan, mulai dari memperlancar pencernaan, misalnya mencegah anemia.

"Khasiat kurma banyak sekali sebagai makanan bergizi. Dan pada bulan puasa, selain berkhasiat juga sunnah," kata Guru Besar bidang Keamanan Pangan dan Gizi, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB, Ahmad Sulaeman.

Pria yang akrab disapa Prof Ahmad itu menganjurkan mengonsumsi buah asal Timur Tengah itu sebaiknya tidak hanya pada bulan Ramadan saja melainkan juga pada hari-hari lain agar mendapat manfaat kesehatan maksimal. Kurma mengandung gizi yang cukup lengkap sebagai sumber energi dan karbohidrat. Kurma memiliki kandungan sekitar 270 kilo kalori, protein 1,8 gram, dan lemak yang cukup rendah, yakni 0,15 gram per 100 gram.

Artikel terkait:

Khasiat Kurma, Sebaiknya Dikonsumsi Tak Hanya Saat Puasa Ramadan

Sedangkan kandungan serat mencapai 6,7 gram serta karbohidrat 75 persen. Dari 75 persen karbohidrat dalam kurma, 65 gramnya adalah gula, yakni glukosa, sukrosa, dan fruktosa (gula buah). Kandungan mineral dalam kurma juga cukup tinggi. Ada kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, serta kalium, atau potasium yang tinggi sekitar 700 miligram.

Kurma juga mengandung sodium dan natrium tapi hanya 1 miligram per 100 gram. Zat antioksidan dalam kurma antara lain senyawa fenolik dan mineral boron.

"Dari komposisi itu bisa dilihat apa saja khasiat kurma," kata guru besar asal Sukabumi itu.

Ilustrasi kurma. Shutterstock.com

Ahmad menjelaskan beberapa manfaat kesehatan kurma, yakni meningkatkan kesehatan otak. Makan kurma melindungi otak terhadap stres oksidatif dan imflamasi otak karena kaya serat, fenolik, antioksidan alami seperti asam proton.

"Keberadaan senyawa polifenol pada kurma berpotensi membantu memperlambat kejadian penyakit Alzheimer dan demensia," katanya.

Selain itu, kandungan serat yang tinggi pada kurma juga bisa mengatasi sembelit. Serat pada kurma membantu kesehatan pencernaan sehingga ketika makanan itu masuk ke dalam usus bisa lancar sampai saluran pencernaan dan buang air besar menjadi lancar.

"Kalau susah buang air besar, makan kurma saja, direndam semalaman sampai lembut. Besok harinya bisa diblender jadi seperti pasta lalu dimakan," kata Ahmad.

Kandungan serat larut dan tidak larut dalam kurma juga bisa menyembuhkan penyakit pencernaan seperti maag. Di dalam kurma terkandung berbagai asam amino bermanfaat yang bisa menstimulasi pencernaan makanan yang bisa lewat melalui saluran gastrointestinal sehingga makanan bisa langsung diserap.

Manfaat lainnya, kurma bisa mengatasi anemia. Manfaat itu kurang diketahui banyak orang. Sumber penyembuhan anemia berasal dari gizi dan zat besi yang ada dalam kurma. Zat besi yang terkandung jumlahnya tidak signifikan tetapi lumayan untuk mengatasi gejala anemia.

Baca juga:

Roti Goreng Pisang Kurma, Resep Spesial buat Menu Buka Puasa

Ahmad mengatakan kurma juga dapat mencegah penyakit jantung. Penelitian tentang pencegahan itu sudah dilakukan oleh salah seorang peneliti dan dipublikasikan dalam jurnal internasional. Hasil penelitian itu menyebutkan konsumsi kurma merupakan cara efektif untuk menurunkan kadar trigliserida dan menurukan stres oksidatif yang merupakan faktor risiko penyakit jantung.

Kandungan antioksidan yang tinggi pada kurma juga untuk mencegah artheosklerosis atau pembentukan plak pada pembuluh darah yang dapat membantu mengurangi faktor risiko stroke.

Kurma juga memiliki berbagai fitokimia dengan jumlah yang sedikit tetapi membantu terhadap penyakit jantung. Kurma juga kaya potasium, kandungan mineral, yang mampu menurunkan tekanan darah dan mencegah hipertensi.

"Kurma mengurangi risiko stroke dan penyakit yang berkaitan dengan jantung lainnya," kata Ahmad.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."