CANTIKA.COM, Jakarta - Tidur yang berkualitas sangat penting agar proses pemulihan tubuh dapat berlangsung. Selain kualitas, pola tidur yang teratur juga memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan. Jika pola tidur tidak teratur bisa mengundang berbagai penyakit.
Baca juga: Susah Tidur Malam Hari Belum Tentu Insomnia, Kenali Gejalanya
Proses tidur dipengaruhi oleh hormon melantonin. Peningkatan produksi melantonin akan memicu kenaikan hormon kortisol darah, penurunan suhu tubuh, hingga akhirnya tertidur. Hormon ini diproduksi pada suasana gelap, sedangkan produksinya akan terhenti jika terkena paparan cahaya terang.
Berbagai penelitian telah menunjukkan pengaruh tidur terhadap gangguan metabolik. Salah satunya penelitian dari Zeinab dkk. yang dilakukan pada 4.200 anak berusia 7-18 tahun. Penelitan ini menemukan bahwa durasi tidur yang singkat akan meningkatkan risiko sindrom metabolik dan peningkatan tekanan darah. Namun, belum dilakukan penelitian yang menilai hubungan keteraturan pola tidur dengan gangguan metabolik tersebut.
Di sisi lain, sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh Diabetes Care menunjukkan bahwa seseorang yang tidak tidur secara teratur (waktu tidur dan bangun yang berbeda, durasi tidur yang berubah-ubah), mampu meningkatkan risiko seseorang mengalami obesitas, kadar kolestrol tinggi, hipertensi, gula darah tinggi, dan gangguan metabolik tubuh lainnya.
Hasilnya penelitian ini menyatakan setiap jam perbedaan waktu tidur dan durasi tidur akan meningkatkan risiko sebesar 27 persen terhadap gangguan metabolik. Walaupun telah dilakukan modifikasi gaya hidup, keteraturan pola tidur memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian obesitas, diabetes, kadar kolestrol tinggi, dan gangguan metabolik lainnya.
Penelitian ini dilakukan terhadap 2.003 pria dan wanita, berusia antara 45-84 tahun. Rata-rata responden terlibat dalam penelitian selama 6 tahun. Responden menggunakan jam aktigrafi untuk melacak jadwal tidur selama 7 hari berturutan. Selain itu, responden juga menulis buku harian tidur dan menjawab kuesioner mengenai kebiasaan tidur, faktor gaya hidup, dan kesehatan tubuhnya.
Responden dengan durasi tidur lebih dari 1 jam ditemukan lebih banyak berasal dari Afrika-Amerika, tidak bekerja paruh waktu setiap harinya, merokok, dan memiliki durasi tidur yang lebih pendek. Selain obesitas dan diabetes, mereka juga lebih banyak mengalami gejala depresi, asupan kalori total yang lebih tinggi, dan indeks sleep apnea.
Peningkatkan durasi tidur atau waktu tidur berhubungan erat dengan penurunan kadar HDL (kolestrol baik), peningkatan lingkar pinggang, tekanan darah, kadar total trigliserida, dan gula darah puasa. Hal ini sangat berkaitan dengan kondisi sindrom metabolik. Kriterianya, antara lain:
#Lingkar pinggang lebih dari 102 cm pada pria dan 88 cm pada wanita
#Kadar trigliserida darah lebih dari 150 mg/dL atau lebih
#Kolestrol HDL kurang dari 40 mg/dL pada pria dan kurang dari 50 mg/dL pada wanita
#Tekanan darah lebih tinggi dari atau sama dengan 130/85 mmHg, atau jika telah mengonsumsi obat antihipertensi
#Gula darah puasa lebih dari atau sama dengan 100 mg/dL, atau menjalani pengobatan diabetes melitus
Dari penelitian di atas, bisa disimpulkan bahwa mempromosikan tidur cukup dan teratur termasuk dalam salah satu langkah penting pencegahan penyakit metabolik. Selain memperbaiki tidur, melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit dalam sehari, mengonsumsi buah dan sayuran, membatasi lemak jenuh dan garam, menjaga berat badan, serta berhenti merokok juga penting untuk mencegah sindrom metabolik.