CANTIKA.COM, Jakarta - Otak manusia terbagi menjadi dua, yaitu kanan dan kiri. Konon, orang yang otak kirinya bagus sangat pintar berhitung, sedangkan yang otak kanannya lebih dominan dianggap sangat kreatif.
Otak memiliki belahan di tengah dan masing-masing sisi memiliki fungsi spesifik sendiri. Roger Sperry adalah orang yang pertama kali menjelaskan soal dua bagian otak tersebut. Masing-masing bagian tetap tersambung dan saling berbagi informasi melalui “jembatan” yang disebut corpus callosum.
Otak sebelah kanan mengontrol otot pada bagian tubuh sebelah kiri dan otak kiri mengendalikan bagian tubuh sebelah kanan. Bila mengedipkan mata sebelah kanan, itu adalah hasil kerja otak kiri. Karena fungsi yang saling silang itu, bila salah satu bagian otak rusak, maka dampaknya satu bagian tubuh juga ikut terganggu.
Secara umum, otak bagian kiri lebih dominan dalam hal bahasa dan sangat berperan dalam mengolah apa yang kita dengar dan juga dalam berbicara. Otak kiri jugalah yang membuat orang berpikir logis dan piawai matematika.
Ketika ingin mengungkapkan fakta, maka otak kiri yang bekerja menggali memori. Otak kanan berperan dalam pengenalan wajah dan memproses musik. Otak kanan juga bisa diandalkan dalam berhitung tapi tidak sebaik yang kiri. Bagian otak ini pula yang memproses apa yang kita lihat dan mencitrakannya serta berperan dalam percakapan, terutama dalam memahami intonasi atau nada bicara.
Memahami perbedaan otak kanan dan kiri sebenarnya lebih rumit, bukan sekadar melihat seseorang bertangan kidal atau normal. Ada orang yang bisa melakukan sesuatu dengan baik dengan tangan kiri dan hal umum dengan tangan kanan. Petenis Rafael Nadal contohnya, ia bermain dengan tangan kiri tapi menulis dan makan dengan tangan kanan.
Kebanyakan orang memiliki tangan kanan sebagai yang paling dominan dan berarti dikontrol oleh otak bagian kiri. Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah orang kidal lebih pintar atau kenapa ada orang yang bisa menggunakan kedua tangannya dengan sama baik.
“Perbedaan bagian otak sangat penting untuk fungsinya dan masing-masing bagian memiliki spesialisasi sendiri, meningkatkan kapasitasnya untuk memproses sesuatu, dan menghindari konflik antara kedua bagian mengenai otak sebelah mana yang bertanggung jawab atas sebuah tindakan,” ungkap Profesor Stephen Wilson dari University College London kepada laman Live Science.