CANTIKA.COM, Jakarta - Setiap 26 Oktober diperingati sebagai Hari Kanker Payudara Sedunia, kita selalu diingatkan untuk deteksi dini dengan tes dan pola hidup sehat. Menurut riset 185 negara dengan melihat lebih dalam pada 36 jenis kanker, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memprediksi kanker akan menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia pada akhir abad ini. Angka kematiannya lebih tinggi dibandingkan dengan stroke atau jantung yang di banyak negara semakin menurun.
Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi kanker dan tumor, yakni 1,79 per 1.000 penduduk dibandingkan 2013 yaitu 1,4 per 1.000 penduduk. Angka kejadian perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara, yakni 42,1 per 100.000 penduduk dan kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk.
Ketua Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia atau PERABOI, Walta Gautama, mengatakan kendati angka kejadian kanker payudara tinggi, tapi tingkat kesembuhannya juga tinggi. Bahkan bisa mencapai 90 persen.
“Tentunya angka kesembuhan itu didapat, jika pasien datang berobat pada stadium nol. Semakin tinggi stadiumnya, maka semakin banyak pula modalitas terapi yang dibutuhkan dan semakin tinggi biaya yang harus dikeluarkan,” kata ahli bedah onkologi itu.
Menyikapi hal tersebut, Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) semakin termotivasi untuk lebih giat berupaya mendukung program pemerintah dalam menurunkan angka kejadian kanker payudara stadium lanjut di Indonesia melalui program kerjanya.
Ketua sekaligus pendiri YKPI, Linda Agum Gumelar, mengatakan pihaknya akan terus melakukan sosialisasi pentingnya deteksi dini hingga pelosok Tanah Air. Bertepatan bulan peduli kanker payudara internasional Oktober ini, YKPI dan PERABOI mengadakan pengabdian masyarakat di Samarinda dan Tenggarong untuk membangun kesadaran atas kejadian kanker payudara stadium lanjut.
“Sekaligus mendukung mereka yang tengah berjuang mengalahkan kanker payudara agar tetap semangat dan optimis,” ujar Linda yang pernah menjabat Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabinet Indonesia Bersatu itu.
Linda mengungkapkan kepedulian masyarakat dan dukungan kepada para penyintas dapat menekan angka kejadian kanker payudara stadium lanjut. Hal ini dirasakan sendiri oleh Linda yang sempat berjuang melawan penyakit itu pada 1996.
“Tentunya saat itu saya tidak bisa menerima, sedih, marah karena hanya kematian yang terbayang," tutur istri Agum Gumelar ini.
Namun, dukungan, semangat dan rasa sayang dari keluarga, teman, dan semua orang yang peduli ternyata dapat menjadi obat paling ampuh dalam menemani masa-masa sulitnya berjuang melawan kanker dan menjalani semua tahapan pengobatan dokter. "Tanpa itu semua, saya tidak akan berada di sini,” tandas Linda.
EKA WAHYU PRAMITA