CANTIKA.COM, Jakarta - Gaya hidup sehari-hari Anda dipenuhi dengan aktivitas menyeruput kopi kekinian yang bermunculan di berbagai tempat? Bila iya, mungkin saja Anda termasuk dalam kategori Latte Factor. Dipopulerkan oleh seorang pakar keuangan David Back, istilah ini mengacu kepada pengeluaran kecil dan tidak penting yang bisa ditiadakan namun rutin dilakukan sehari-hari.
Tidak hanya tentang kebiasaan minum kopi, ini juga berbicara mengenai berbagai pengeluaran lain yang secara langsung tidak disadari. Contohnya membeli air mineral kemasan, belanja camilan hingga membayar biaya transfer antarbank atau mengisi uang elektronik.
Melakukan pesan makanan via aplikasi lalu diantar walaupun jauh dari rumah maupun kantor, dan pesan transportasi daring untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya juga termasuk ke dalam Latte Factor.
Back menjelaskan bahwa Latte Factor memang lebih banyak menjangkiti generasi milenial. Terlebih dengan sudah terbiasanya generasi ini dengan kecanggihan teknologi, diikuti semakin mudahnya berbagai akses kebutuhan hidup melalui gawai juga menjadikan mereka lebih gampang mengeluarkan uang.
Padahal, Back mengatakan bahwa tujuan aktivitas Latte Factor yang dikerjakan oleh kaum milenial itu sekada untuk eksistensi di media sosial, ikut-ikutan tren, atau memuaskan nafsu belanja yang akan disesali di kemudian hari.
Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani, juga menjelaskan bahwa Latte Factor bisa muncul dengan mudah karena kebiasaan, tekanan sosial hingga kontrol diri yang lemah. Hasilnya, dampak negatif pun bisa dialami.
“Tanpa disadari, Latte Factor menggerogoti penghasilan hingga menyebabkan mereka sulit untuk menabung,” tulis Gani dalam keterangan pers yang diterima Tempo.co pada 30 Oktober 2019.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA