CANTIKA.COM, Jakarta - Masih dalam suasana Hari Anak Sedunia, tak ada ruginya kita meninjau kembali seperti apa bentuk komunikasi Anda dengan anak. Komunikasi sering kali menjadi kendala kedekatan dengan keluarga, terutama anak. Obrolan biasa tak cukup, Anda juga harus membangun komunikasi mendalam atau deep talk dengan membiasakan untuk terbuka, bercerita, berani menyampaikan pendapat terhadap sesama anggota keluarga dan mendengarkan.
Menurut Psikolog Anak Saskhya Aulia Prima, deep talk mengembangkan rasa nyaman dan menjalin kedekatan antar orang tua dengan anak.
"Pertama, caranya bisa dari hal yang sederhana, misalnya kita bisa kasih emotikon yang menunjukkan perasaan kita sambil mengajari soal emosi," ucap Saskhya saat ditemui di acara Membangun Hubungan Kuat dalam Keluarga Bersama Bincang Shopee di Jakarta, Sabtu 16 November 2019.
Kedua, bisa melalui media baik itu film dan buku, dari karakter para tokoh bisa kita tanyakan pada anak bagaimana emosi mereka dan apa yang dirasakan oleh si tokoh. "Ajak anak berimajinasi mengenai emosi yang dibangun para tokoh," tukas Saskhya.
Kedua, bisa melalui media baik itu film dan buku, dari karakter para tokoh bisa kita tanyakan pada anak bagaimana emosi mereka dan apa yang dirasakan oleh si tokoh. "Ajak anak berimajinasi mengenai emosi yang dibangun para tokoh," ucap ia.
Psikolog Anak Saskhya Aulia Prima saat ditemui di acara Membangun Hubungan Kuat dalam Keluarga Bersama Bincang Shopee di Jakarta, Sabtu 16 November 2019. Tempo/Eka Wahyu Pramita
Hal yang ketiga, setiap hari saat ketemu dengan anak dan momennya tepat tidak dalam keadaan anak sedang lelah, Anda bisa bertanya lebih dalam. "Misalnya hari ini yang bikin kamu senang apa, hari ini ada yang bikin kamu kesal nggak, perbuatan baik yang kamu lakukan buat orang lain ada atau enggak. Bukan hanya soal tugas atau pekerjaan rumah," lanjut ibu satu anak ini.
Tak hanya berhenti sampai di sana, Anda bisa tanya lebih dalam lagi mengenai perasaan anak. Seperti apa perasaan dia seharian di sekolah karena kita tidak bisa memantau 24 jam secara penuh. "Jadi pintar-pintarnya kita buat terus ajakin anak ngomong apa apa yang dia rasakan dan kalau itu berlangsung sering akan jadi kebiasaan bagi si anak," imbuh Saskhya.
Pasalnya kita sebagai orang tua terkadang terlalu sibuk buat ngobrol lebih dalam. Meski, kata Saskhya kalau dialokasikan waktu bisa dilakukan minimal 15-20 menit sehari. "Atau misalnya kita biaskan set ritual khusus atau quality time sangat efektif dilakukannya. Misalnya hari libur, sarapan bareng atau pillow talk sebelum tidur," ujar ia.
Lalu bagaimana jika selama hari kerja ornag tua full bekerja? Saskhya menyarankan tetap luangkan waktu untuk deep talk minimal saat menemani anak tidur dan tentu saja saat libur kerja dengan fokus pada anak-anak.
EKA WAHYU PRAMITA