CANTIKA.COM, JAKARTA - Dalam rangka Hari Anak Sedunia setiap tanggal 20 November, Sorak Gemilang Entertainment (SGE Live), promotor ‘teamLab Future Park and Animals of Flowers, Symbiotic Lives’, berkolaborasi dengan selebriti Dian Sastrowardoyo mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya seni bagi tumbuh kembang anak autisme.
Menurut data World Health Organization, dari 160 anak di dunia, setidaknya terdapat satu anak dengan autisme, atau dalam istilah medis penyintas Autism Spectrum Disorder (ASD).
ASD adalah gangguan perkembangan otak yang memengaruhi kemampuan penyintasnya dalam berkomunikasi dengan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Gejala ASD mulai ditemui sejak kanak-kanak, dan berlangsung hingga remaja bahkan dewasa.
Meskipun begitu, kondisi anak dengan autisme bisa berangsur-angsur membaik jika ditangani sejak dini, salah satunya melalui terapi seni. Upaya terapi seni juga sudah lama dijalani oleh Dian Sastro pada putra pertamanya, Shailendra Naryama Sastraguna Sutowo.
"Saya punya pengalaman, anak saya yang pertama kena spektrum autisme, dan dia anaknya jauh lebih visual, daripada mendengar atau audio. Jadi kalau kita jelaskan tentang sesuatu secara visual gambar atau video dia jauh lebih bereaksi dan punya atensi, daripada kalau dibilangin secara verbal," ucap Dian dalam konferensi pers Edukasi Masyarakat Pentingnya Seni bagi Tumbuh Kembang Anak dengan Autisme di Jakarta, Rabu 20 November 2019.
Senada dengan Dian, Prinka Maharani Ibunda Dipa Mandala juga melakukan hal yang sama pada putra keduanya yang kini telah berusia 12 tahun. Awalnya ia melihat, Dipa hanya corat-coret sesuai mood si anak, tapi dirinya yang suka dan gemas sama hasil gambar sang putra.
Sorak Gemilang Entertainment (SGE) berkolaborasi dengan Dian Sastrowardoyo mengedukasi masyarakat pentingnya seni bagi tumbuh kembang anak dengan autisme di Jakarta, Rabu 20 November 2019 (TEMPO/Eka Wahyu Pramita)
"Sempat bingung lihat Dipa gambar gajah tapi tidak lengkap dan beberapa goresan terlihat tak beraturan atau bahkan terlalu kuat. Setelah saya amati ternyata saat itu suasana hatinya sedang tidak dalam keadaan baik," ucap perempuan 43 tahun ini.
Kondisi yang dialami Dipa, menurut Nuryanti Yamin, Ortopedagog adalah cara anak dengan autisme mengungkapkan perasaan dia, emosi dia yang tak bisa diungkapkan lewat komunikasi secara verbal.
"Misalnya kalau si anak lagi emosi muncul goresan dan tekanan di kertas bisa sampai bolong atau robek. Belum lagi pemilihan warna yang tidak biasa, atensi tidak panjang, dan ada trigger emosi yang datang. Dari situ kita bisa mengindentifikasi apa yang dirasakan si anak," Co-Founder Drisana Center ini.
Sebagai informasi, SGE Live dan Dian Sastrowardoyo juga menggalang donasi untuk Sekolah Drisana, yaitu sekolah khusus anak dengan autisme. Penggalangan donasi ini dilakukan melalui penjualan tanda mata edisi khusus karya Dian Sastrowardoyo, dan hasil karya Dipa dan Nindhita, dua anak dengan autisme yang sukses berkarya dalam bidang seni.