CANTIKA.COM, Jakarta - Eniya Listiani Dewi bisa dijadikan contoh bahwa belajar itu tak mengenal usia dan membuka diri terhadap perkembangan zaman. Profesor bidang teknologi proses elektro kimia di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ini mengaku suka melukis sebagai hobi dan bentuk stress relieve.
“Saya suka ngelukis yang ada kanjinya. Karena saya suka kaligrafi dari dulu. Waktu saya SMP dan SMA suka ikut lomba lukis, tapi enggak pernah menang,” ucap Eniya di acara GE Recognition for Inspiring Women in Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM )di Jakarta Selatan, Rabu 27 November 2019.
Menurut Eniya, ia suka melukis dalam kondisi rileks, tanpa dibebani pikiran pekerjaan. “Mostly weekend saya melukis, tapi harus dengan suasana rileks. Jangan dalam kondisi stres, misalnya kalau direktur saya belum menyelesaikan sesuatu, udah deh tuh. Kalau pabrik berjalan, ini itu enggak apa-apa, saya baru rada relieve lah. Baru bisa membuat kaligrafi, lukisan bunga, burung, seperti itu,” ucap perempuan pertama yang menerima BJ Habibie Technology Award 2018 ini.
Untuk mewadahi kegemarannya melukis, perempuan berusia 45 tahun ini membuat spot khusus di rumahnya dua tahun lalu, yaitu meja di samping ruang makan.
Serah terima BJ Habibie Technologi Award 2018 oleh Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto kepada Eniya Listiani Dewi yang telah mengembangkan teknologi fuel cell di Auditorium BPPT, Jakarta, Selasa, 10 Juli 2018. Tempo/Khory
Ketika ditanya sudah berapa jumlah lukisannya, perempuan yang juga menjabat sebagai Komisaris Utama PT Garam ini menuturkan sering membagikan kepada staf, bahkan saat ini sedang belajar cara menjual lukisan di e-commerce.
“Saya sering ngasih ke staf-staf, mbak. Ada celebration apa gitu, saya kasih. Sejujurnya saya baru buka di Tokopedia. Tapi saya baru kemarin nyoba, selling ala begini seperti ini toh. Saya pun baru mau coba. Karena generasi saya kan rada setengah-setengah nih. Bukan milenial banget,” tutur alumnus S1-S3 dari Waseda University, Jepang.
Ia memaparkan lebih lanjut, “Jadi saya baru ngerti, kalau jualan di Tokopedia kayak gini caranya. Saya pasang semua foto lukisan saya. Ada yang tanya sih, tanya dulu. Ternyata ya, saya harus buka daily. Ketika saya baru buka tiga hari setelah pertanyaan masuk, setelah itu customer enggak respons. Itu pelajaran buat saya juga sebagai penjual,” tandas Eniya.
Berkaca dari curahan hati pendek profesor BPPT ini, kita bisa memetik pelajaran bahwa belajar itu tidak pernah kenal waktu, teman Cantika. Jangan menutup diri dengan segala ilmu maupun pengetahuan, ya.