CANTIKA.COM, JAKARTA - Pemahaman dan informasi kanker serviks di Indonesia dianggap diwarnai stigma. Mulai dari cara penularan hingga pengidapnya dianggap bukan perempuan baik-baik. Hal itu dinilai menghambat kampanye mengenai pentingnya pencegahan kanker serviks dengan vaksin HPV.
Padahal, merujuk data Globocan 2018 menunjukkan jika kasus baru kanker serviks di Indonesia mencapai 32, 469 kasus atau 17,2 persen dari persentase kanker perempuan di Indonesia.
Kanker ini menjadi salah satu kanker terbesar yang menyebabkan kematian pada perempuan, bahkan kematian akibat kanker serviks mencapai 18.278 per tahun atau sebanyak 50 persen perempuan Indonesia meninggal setiap harinya.
dr. Venita Eng, MSc mengatakan jika selama ini vaksin HPV memang dikenal sebagai upaya pencegahan kanker serviks pada perempuan. Untuk itu pihaknya merasa penting mengedukasi masyarakat untuk melakukan vaksin HPV, khususnya bagi pasangan yang akan menikah.
dr. Venita Eng, MSc saat ditemui di acara KICKS Dan Halodoc Ingatkan Pentingnya Vaksinasi bagi Pasangan yang Berencana Menikah di Jakarta, Selasa 26 November 2019. TEMPO/Eka Wahyu Pramita
"Sebab bukan tidak mungkin mereka bisa tertular boleh pasangan masing-masing jika tidak lebih dulu dibentengi. Banyak pasien saya berasal dari kalangan ibu rumah tangga yang tertular virus HPV," ucap dr. Venita usai ditemui di acara KICKS Dan Halodoc Ingatkan Pentingnya Vaksinasi bagi Pasangan yang Berencana Menikah di Jakarta, Selasa 26 November 2019.
Mitos kanker serviks yang saat ini masih berkembang di masyarakatnya menurut dr Venita ialah hanya perempuan dengan gaya hidup seks bebas yang terkena kanker serviks. "Saya sendiri pegang banyak pasien ibu rumah tangga juga kena tertular dari suaminya. Belum lagi masih ada anggapan kalau kanker serviks disebabkan karena salaman, toilet, dan dari pegangan pintu.
Tak berhenti sampai di situ mitos yang berkembang, melakukan vaksin HPV di usia muda juga kerap di-bully, kalau ingin melakukan seks bebas. "Banyak kok pasien saya hidupnya baik banget, istri suami cuma satu tapi bisa kena kanker serviks," imbuh ia.
Jadi, menurut dr. Venita semua orang berpotensi kena, 8 dari 10 orang berpotensi kanker serviks, tidak hanya menimpa orang yang seks bebas. Walau memang penyebab utamanya adalah kontak seksual, tapi itu tidak berarti bahwa hanya orang seks bebas yang kena kanker serviks.