CANTIKA.COM, JAKARTA - Ayu Savitri Nurinsiyah ialah perempuan peneliti di Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menjadi salah satu peraih hibah penelitian dari L’Oréal-UNESCO For Women in Science tahun 2019.
Ayu memulai ketertarikannya meneliti keong sejak kelas 3 Sekolah Menengah Atas (SMA), saat melihat saudara yang terluka dan luka itu membeku ketika ditempelkan keong yang didapatnya dari pohon pisang.
Berawal dari peristiwa itu, ia kemudian melihat potensi dari spesies keong yang banyak manfaat baiknya dan mulai membaca lebih banyak lagi mengenai keistimewaan dari spesies keong. Hingga saat ini, Ayu juga sudah telah menemukan 22 jenis baru keong darat di Jawa.
"Saya melihat banyaknya keistimewaan dari spesies keong, tetapi masih banyak yang memandang sebelah mata dan sedikitnya orang yang tertarik untuk meneliti spesies keong," kata Ayu ditemui usai penganugerahaan L’Oréal-UNESCO For Women in Science, Selasa 26 November 2019.
Ayu Savitri Nurinsiyah saat mencari keong di alam terbuka. Foto: Dok. Pribadi
Ayu yakin dengan banyaknya spesies keong di Indonesia, ke depannya dapat memberikan solusi untuk tantangan saat ini. "Padahal, di luar negeri banyak yang sudah menemukan manfaat dari keong itu sendiri dan pada akhirnya penemuan itu dijadikan sebuah solusi pada bahan kosmetik," ucap ibu dua anak ini.
Dengan melihat tradisi dari manfaat mucus (lendir) keong dalam penyembuhan luka dan berbagai penyakit, Ayu juga menemukan fakta, selain mengandung antimikroba, lendir keong juga kaya akan kolagen yang bisa bantu mengencangkan kulit wajah.
"Kalau kita melihat di luar negeri misalnya di Korea, mereka sudah menemukan formula jika snail sangat efektif menjadi ingredient skincare. Banyak sumber bahan yang kaya akan kolagen, tapi lendir keong ini salah satu yang kandungannya banyak kolagen," tutur ia.
Ayu Savitri Nurinsiyah saat meneliti keong. Foto: Dok. Pribadi
Ke depannya, Ayu ingin meneliti lebih dalam karakter antimicrobial peptide (AMP) dan aktivitas antimikroba keong darat endemik asli Jawa. Sampel keong darat dikoleksi dari beberapa tempat di Jawa bagian Barat, Tengah dan Timur.
Kemudian sampel tersebut dan diisolasi protein mucus (lendir) diidentifikasi karakter AntiMicrobial Peptide (AMP) dan kemudian diuji aktivitas antimikrobanya
Selain menjadi salah satu pemenang L’Oréal-UNESCO For Women In Science National Fellowship Awards 2019, Ayu telah meraih banyak prestasi seperti menjadikannya Mahasiswa Teladan ranking pertama di Fakultas Matematika dan Ilmu Alam, Universitas Padjadjaran pada tahun 2007.
Lalu, penghargaan Walter Sage Memorial Awards dari Conchologist of America pada tahun 2015, menjadi juara kedua Best Poster Presenter dalam ajang World Congress Malacology tahun 2016 di Penang Malaysia, serta baru-baru ini (2019) mendapatkan pula Tony Whitten Conservation Prize yang diselenggarakan oleh Cambridge Conservation Initiative.