TEMPO.CO, Jakarta - Frederika Cull tengah menjalani masa karantina Miss Universe 2019 di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Masa karantina Miss Universe 2019 dimulai sejak 28 November 2019 hingga malam grand final pada 9 Desember 2019. Pada Sabtu 7 Desember Frederika menjalani fashion show yang menampilkan keunikan busana asal negara masing-masing.
Sudah menjadi tradisi jika para putri Indonesia yang berlaga dalam Miss Universe mengenakan busana nasional yang merepresentasikan ciri khas negara asalnya. Pada kesempatan kali ini Frederika Cull mengenakan busana couture kolaborasi antara Maya Ratih dengan Morpachiobod.
Dalam video yang diunggah akun Instagram resmi Putri Indonesia, perempuan kelahiran 5 Oktober ini tampak kuat dan tangguh dalam balutan busana couture yang dirancang dengan sangat detail. Veil di yang kibaskan bergambar Srikandi makin memancarkan aura perempuan yang pemberani. Ditambah pulasan dari Bubah Alfian yang menonjolkan raut wajah penuh daya.
Frederika Alexis Cull mengenakan kostum nasional Sang Wanita untuk grand final Miss Universe 2019. Instagram/@mayaratihcouture
Busana yang dikenakan Frederika Alexiss Cull bertajuk "Sang Wanita". Namun makna dibalik busana itu bukan cerita tentang legenda Srikandi, tapi warisannya. "Warisan nilai-nilai luhur seorang wanita. Tentang perjuangan, cinta, dan harapan. “Wanita Sejati Nusantara”," bunyi keterangan dalam unggahan video itu.
Frederika juga membawa busur dan anak panah, serta sepatu boots edgy. Dia sempat memeragakan gerakan memanah di atas panggung. "Aku... dikatakan sebagai kaum lemah, suaraku tak didengar, tindakanku tak dihargai... Tertindas.. Aku bahkan tak mengenal diriku, dan jati diriku terkubur di dalam sepi. Bangkitlah para wanita sejati. Pancarkan sinar kemuliaanmu. “Harapan itu ada, dan masa depan indah bagi yang memperjuangkannya" demikian dituliskan oleh perwakilan Yayasan Puteri Indonesia
Sementara itu menurut Maya Ratih dari keterangan yang dipublikasikan di Instagram pribadinya mengatakan National Costume bukan sekadar tampilan kostum melainkan sebuah karya yang mempunyai konsep kuat dengan unsur nilai budaya yang kuat.
"Bagi saya bisa berkarya adalah atau kebahagiaan, dalam suatu kompetensi ada menang dan kalah. Di luar itu yang lebih penting adalah menyampaikan suatu misi dan mengerjakan dengan penuh sukacita," imbuhnya.