CANTIKA.COM, JAKARTA - Pengusaha dan influencer Medina Zein mengaku mengidap gangguan bipolar sejak tahun 2016. Istri Lukman Azhari ini mengatakan bahwa gangguan mental itu merupakan genetik atau turunan dari ibunya.
"Jadi memang sebelumnya ibu saya juga terkena bipolar," ujar Medina di kantor Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, Jumat, 3 Januari 2020.
Wanita berusia 27 tahun itu mengkonsumsi obat-obatan untuk pengidap bipolar atas izin dokter. Obatnya itu diduga membuat ia positif narkoba saat melakukan tes urine. Kini, ia harus menjalani rehabilitasi selama tiga bulan di Lembaga Pendidikan Polri, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus, polisi telah melakukan tes urine tehadap Medina Zein. Hasilnya, ia dinyatakan positif menggunakan amphetamine. "Untuk MZ ini penggunaannya tidak terlalu lama," ujar Yusri.
Terlepas dari kasus hukum yang menjeratnya, Medina Zein juga sosok ibu muda. Perempuan berusia 27 tahun itu diketahui memiliki dua anak, satu dari pernikahan pertamanya dan satu lagi dari pernikahannya dengan Lukman Azhari yang merupakan adik Ibra Azhari.
Anak kedua Medina masih bayi berusia sekitar empat bulan. Bagi Medina, tentu punya tantangan tersendiri mengasuh anak-anak dengan gangguan bipolar yang dialaminya. Bila Anda atau kerabat mengalami gangguan bipolar, ada baiknya memahami lingkungan dan support system yang dibutuhkan ibu bipolar dalam pengasuhan anak.
Menurut psikolog Anisa Cahya, penyintas bipolar biasanya mengalami kondisi yang fluktuatif, khususnya bila tidak mengonsumsi obat secara teratur.
Dalam keadaan stabil dan rutin mengonsumsi obat, seorang ibu bipolar bisa mengasuh anaknya dengan baik, artinya, tidak berisiko melakukan hal-hal yang negatif kepada anak. Namun jika dalam kondisi kambuh, maka ibu perlu mendapatkan pendampingan dari keluarga, kerabat atau teman-teman dekatnya.
Seperti kita ketahui bahwa seorang penyintas bipolar menunjukkan dua gejala yang ekstrem, yaitu gangguan emosi dalam episode manic dan episode depressive.
"Kondisi kambuh ini bisa dilihat ketika ibu menunjukkan lonjakan emosi yang ekstrem, misalnya terus beraktivitas tanpa mengenal lelah, berbicara banyak dan cepat, excited, tidak mau tidur, dan juga sebaliknya, tiba-tiba merasa lemah, tidak berdaya, ingin melukai diri sendiri, atau bahkan muncul keinginan bunuh diri. Dalam keadaan inilah seorang ibu bipolar membutuhkan pendampingan dalam mengasuh anaknya," ucap Anisa kepada Tempo, Sabtu 4 Januari 2020.
Ilustrasi ayah, ibu, dan anak. shutterstock.com
Menurut psikolog Anisa berikut hal-hal yang bisa dilakukan ibu bipolar dalam mengasuh anak.
1. Saat dalam episode manic
Ketika dalam episode manic, ibu merasa excited dan memiliki energi yang besar dalam melakukan banyak hal. Berbicara sangat cepat dan bisa berubah-ubah topik. Dalam keadaan ini, bisa berisiko akan mengkritik secara berlebihan ketika anak melakukan kesalahan, memberi label negatif, yang bisa menimbulkan trauma pada anak.
Ketika energi yang besar ini muncul, maka ibu biasanya cukup kuat untuk tidak tidur seharian, atau bahkan berhari-hari, dan terus-menerus melakukan aktivitas, yang mungkin bisa berisiko mengganggu tidur anak, jika mereka berada dalam satu kamar.
Disarankan agar ibu berada di kamar terpisah, dan anak berada dalam pengawasan keluarga.
2. Saat berada dalam episode depressive
Sebaliknya, ketika ibu berada di episode depressive, ibu menjadi “lunglai”, tak berdaya, sedih mendalam, dan tidak mampu melakukan apa-apa. Hal ini berisiko pada pengasuhan anak, yaitu terlihat seperti “mengabaikan” anak, tidak mau merawat, sensitif, mudah tersinggung, dan merasa seperti ibu yang tidak berguna.
Selain itu, ada risiko yang cukup berbahaya, yaitu munculnya keinginan melukai diri sendiri (selfharm) dan bahkan adanya ide untuk bunuh diri. Disarankan agar ibu segera mencari bantuan untuk pengasuhan anak, sehingga anak tidak perlu menyaksikan adegan-adegan yang berbahaya tersebut.
3. Untuk bisa mengasuh anak dengan optimal, disarankan ibu selalu rutin mengonsumsi obat bipolar, agar risiko kekambuhan lebih rendah.
4. Ibu perlu belajar mengenali munculnya gejala awal bipolar, agar bisa segera mengamankan anak, jika hal itu mulai terjadi.
5. Ibu bipolar perlu berkonsultasi secara rutin dengan psikolog atau psikiater, agar mendapatkan cara-cara pengelolaan emosi yang lebih efektif.
6. Pengelolaan emosi bisa dilatih dengan art therapy, seperti melampiaskan emosi dengan menggambar, mewarnai hingga memahat.
7. Emosi juga bisa dikelola dengan terapi menulis, berolahraga, menyiram tanaman, dan beribadah.
8. Dalam keadaan stabil, disarankan agar ibu berinteraksi secara maksimal dengan anak. Mengekspresikan emosi positif dengan memeluk, mencium, dan mengucapkan kata-kata sayang, agar anak merasakan bahwa dirinya dicintai.
EKA WAHYU PRAMITA | M. YUSUF MANURUNG | MILA NOVITA