CANTIKA.COM, Jakarta - Akhir pekan ini, media sosial tengah diramaikan soal wanita bisa hamil saat berenang di kolam yang berisi pria dan si pria mengalami ejakulasi. Hal tersebut diungkapkan oleh Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Sitti Hikmawatty.
Ketua KPAI Susanto mengaku sudah tahu soal adanya viral terkait komisioner KPAI Sitti Hikmawatty.
"Saat ini telah beredar narasi berita yang bersumber dari media online, dengan judul "KPAI ingatkan wanita berenang di kolam bareng laki-laki bisa hamil, begini penjelasannya". Narasi berita tersebut menimbulkan kontroversi di media sosial dan masyarakat,' ucap Susanto saat dihubungi Tempo.co pada Sabtu malam, 22 Februari 2020.
Susanto juga menyampaikan jika pemahaman dan sikap KPAI tidak sebagaimana narasi berita di media online tersebut. Ia juga berharap semoga klarifikasi ini dapat meluruskan kesalahpahaman berita sebagaimana yang beredar.
Dalam pernyataan resmi yang diterima Tempo.co pada Ahad sore, 23 Februari 2020, Sitti pun menyampaikan permintaan maaf kepada publik karena memberikan statemen yang tidak tepat. Menurutnya, hal yang ia sampaikan adalah statemen pribadi dan bukan dari KPAI.
"Dengan ini saya mencabut statemen tersebut. Saya memohon kepada semua pihak untuk tidak menyebarluaskan lebih jauh atau malah memviralkannya," tulis Sitti.
Meski statemen itu sudah diakui Sitti tidak tepat, kita perlu mengetahui penjelasan terjadinya kehamilan dari sisi medis.
Menurut Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan Ivan Sini, pernyataan yang disampaikan Sitti sangat tidak ilmiah. Menurut Ivan, agar terjadi kehamilan memerlukan coitus yang secara ilmiah hanya akan terjadi bila ada sperma yang memasuki barier organ reproduksi dan tidak semudah kemasukan air.
"Ada media mukus dan cairan yg mewadahi proses tersebut dan sperma mesti aktif berenang di dalamnya untuk bisa mencapai telur yang letaknya berada di ujung distal dari tuba falopi. Jadi air di kolam renang tidak bisa menjadi media bagi sperma menuju ovum," ucap Ivan saat dihubungi Tempo.co, Sabtu 22 Februari 2020.
Dokter Ivan pun mengingatkan jika bukan ahlinya, sebaiknya jangan membuat pernyataan yang membingungkan bagi publik.
EKA WAHYU PRAMITA