CANTIKA.COM, Jakarta - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mengatakan pekerjaan sebagai aparatur sipil negara juga memiliki risiko yang tinggi. Risma menceritakan saat dia terancam dibunuh dan mendapat diteror sampai ke rumah.
Tahun 2002, Tri Rismaharini masih menjabat sebagai Kepala Bagian Bina Pembangunan Kota Surabaya. Ketika itu, Risma menggagas sistem daring untuk pengadaan barang dan jasa atau e-procurement. Mekanisme online ini dibuat untuk memudahkan kinerja dan pengawasan kegiatan pembangunan melalui proyek-proyek yang ada.
Tri Rismaharini menyadari ancaman pembunuhan itu itu saat sedang berdiri di pinggir jalan. Dia melihat ada ada truk yang tiba-tiba melaju kencang menuju ke arahnya. Risma refleks menghindar. Dia melompat ke samping tempatnya berdiri, sampai bagian kepalanya terbentur aspal.
Walikota Surabaya Tri Rismaharini didorong oleh Pemimpin Redaksi Koran Tempo Budi Setyarso saat berkunjung ke kantor redaksi Tempo, Palmerah, Jakarta, Senin 8 Juli 2019. TEMPO/ Gunawan Wicaksono
Ancaman tak berhenti di situ. Tri Rismaharini sampai khawatir dengan keselamatan anak-anaknya, hingga dia terpaksa menitipkan buah hatinya yang masih berusia sekolah kepada gurunya. Musababnya, anaknya menemukan seekor ular yang hampir masuk ke dalam rumah saat Risma sedang bekerja.
"Anak saya yang nomor dua itu indigo. Dia bilang ada ular mau masuk rumah menjelang maghrib," kata Risma. Kepada ular tersebut, anak Risma mengatakan kalau yang dituju bukanlah ibunya. "Ularnya dibilangin, 'itu bukan mamaku. Kamu pulang saja'. Balik ularnya," kata Risma menirukan ucapan anaknya.
Berbagai tantangan yang ada dalam pekerjaan, menurut Tri Rismaharini, harus dihadapi oleh siapapun, termasuk perempuan. "Jangan takut melampauinya," kata dia. Terlebih, Risma melanjutkan, banyak yang bisa dilakukan oleh perempuan. "Kita harus berani bersikap."