CANTIKA.COM, Jakarta - Pesepak bola Zahra Muzdalifah sudah menggeluti olahraga sejak usia anak-anak. Olahraga sudah menjadi bagian hidup perempuan 19 tahun ini. Bicara soal tantangan, menurut Zahra, adanya stigma yang kerap membedakan pesepak bola perempuan dan laki-laki.
Menjadi minoritas di dunia sepak bola kerap membuat Kapten dan tim penyerang Persija Putri ini merasa tidak nyaman. Pengalaman itu sudah ia rasakan sejak kecil.
"Sering banget ya sejak kecil, saat itu aku masih kecil banyak yang bully dan menertawakan kenapa sih cewek main bola. Dibilang aneh dan gak pantes main bola," ucao Zahra Muzdalifah saat ditemui dalam kampanye tahunan Levi's I Shape My World di Jakarta, Minggu 8 Maret 2020.
Ia juga tidak nyaman disebut pesepak bola cantik. Sebab olahraga yang dimainkan dua tim yang berisikan 11 orang dalam setiap tim ini tak membeda-bedakan gender.
"Saya tidak nyaman dibeda-bedakan, mana ada istilah pesepak bola laki-laki pasti cuma pesepak bola, kan? Tapi kalau pemainnya perempuan disebut atribusinya sebagai perempuan. Banyak banget aku lihat di media selalu ditulis, pesebak bola cantik, jadi kalau cantik ga bisa jadi pemain bola? Padahal kan sepak bola itu genderless," imbuh lulusan Sekolah Sepak Bola (SSB) ASIOP Apacinti.
Padahal tanpa judul dengan embel-embel perempuan publik pasti tahu dari fotonya seorang perempuan. "Jadi saya tidak suka terlalu di-mention kaya gitu apakah kita se-blind itu sehingga harus diikuti kata-kata yang bikin tidak nyaman," kata Zahra.
Meski kerap bersinggungan stigma tak menyenangkan itu, Zahra tetap semangat dan membuktikannya dengan prestasi. "Memang kalian pikir hanya cowok saja yang bisa berprestasi, dengan banyak hal yang aku raih saat ini aku sudah membuktikan sama mereka kalau aku juga bisa dan stigna mereka salah," tegasnya.
Kini Zahra Muzdalifah fokus dengan berbagai pertandingan termasuk Sea Games dan Asian Games. Ia bercita-cita ingin menjadi pemain sepak bola Zahra di luar negeri. "Aku percaya perempuan bisa berprestasi enggak hanya laki-laki di dunia punya kesempatan bagi keduanya," tandas ia.
EKA WAHYU PRAMITA