CANTIKA.COM, Jakarta - World Health Organization (WHO) atau Organisasi kesehatan dunia menetapkan wabah virus corona COVID-19 mencapai tingkat pandemi pada Rabu, 11 Maret 2020.
“Kami belum pernah melihat pandemi yang dipicu oleh virus corona,” kata direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. "Dan kami belum pernah melihat pandemi yang dapat dikendalikan pada saat yang sama."
Meskipun istilah pandemi membawa beberapa konotasi yang menakutkan, penggunaannya agak simbolis, dirancang lebih untuk membantu lembaga kesehatan meningkatkan kekhawatiran di kalangan masyarakat daripada untuk menunjukkan perbedaan antara status wabah pada hari Selasa dan pada hari Rabu.
"Menggambarkan situasi sebagai pandemi tidak mengubah penilaian WHO terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh virus corona ini," ucap Ghebreyesus. "Itu tidak mengubah apa yang dilakukan WHO, dan itu tidak mengubah apa yang harus dilakukan oleh negara-negara."
Pelabelan ini tidak memiliki makna hukum, dan tidak melibatkan tindakan baru apa pun yang digunakan untuk menghentikan penyebaran virus.
Dr. Rebecca S.B. Fischer, asisten profesor Epidemiologi di Texas A&M University, menjelaskan kondisi penyebaran penyakit sebagai wabah (kejadian luar biasa), epidemi, dan pandemi. “Perbedaan antara ketiga skenario penyebaran penyakit ini adalah masalah skala,” ujarnya sebagaimana dikutip Navy Times, Rabu, 11 Maret 2020.
Berikut perbedaan ketiga definisi ini menurut Fischer
1. Wabah/Kejadian Luar Biasa: Kecil, tetapi Tidak Biasa
Dengan melacak penyakit dari waktu ke waktu dan secara geografi, ahli epidemiologi belajar untuk memprediksi berapa banyak kasus penyakit yang biasanya terjadi dalam periode waktu, tempat, dan populasi yang ditentukan. Wabah adalah peningkatan yang nyata, seringkali kecil, melebihi jumlah kasus yang diharapkan.
Bayangkan lonjakan yang tidak biasa pada jumlah anak yang mengalami diare di tempat penitipan anak. Satu atau dua anak yang sakit mungkin normal dalam minggu biasa, tetapi jika 15 anak di tempat penitipan anak menderita diare sekaligus, itu adalah wabah.
Ketika penyakit baru muncul, wabah lebih terlihat. Contohnya adalah sekelompok kasus pneumonia yang muncul secara tak terduga di antara pengunjung pasar di Wuhan, Cina. Pejabat kesehatan masyarakat sekarang tahu lonjakan kasus pneumonia di sana merupakan wabah tipe baru virus corona.
Segera setelah otoritas kesehatan setempat mendeteksi wabah, mereka memulai penyelidikan untuk menentukan dengan tepat siapa yang terkena dan berapa banyak yang menderita penyakit tersebut. Mereka menggunakan informasi itu untuk mencari tahu cara terbaik untuk mengatasi wabah dan mencegah penyakit tambahan.
2. Epidemi: Lebih besar dan Menyebar
Epidemi adalah wabah di wilayah geografis yang lebih luas. Ketika orang-orang di wilayah di luar Wuhan mulai menguji positif untuk infeksi SARS-CoV-2 (penyebab COVID-19), para ahli epidemiologi tahu bahwa wabah itu menyebar, suatu tanda yang menunjukkan bahwa upaya penahanan tidak memadai atau datang terlambat. Ini tidak terduga, mengingat belum ada pengobatan atau vaksin yang tersedia. Tetapi kasus COVID-19 yang tersebar luas di seluruh Cina berarti bahwa wabah Wuhan telah berkembang menjadi epidemi.
3. Pandemi: Internasional dan di Luar Kendali
Saat suatu epidemi menyebar ke banyak negara atau wilayah di dunia, itu dianggap sebagai pandemi. Namun, beberapa ahli epidemiologi mengklasifikasikan situasi sebagai pandemi hanya setelah penyakit ini bertahan di beberapa daerah yang baru terkena melalui transmisi lokal.
Sebagai gambaran, seorang pelancong yang sakit dengan COVID-19 yang kembali ke Amerika Serikat dari Cina tidak membuat pandemi, tetapi begitu mereka menginfeksi beberapa anggota keluarga atau teman, ada beberapa perdebatan. Jika wabah lokal baru terjadi, ahli epidemiologi akan setuju bahwa upaya untuk mengendalikan penyebaran global telah gagal dan merujuk pada situasi yang muncul sebagai pandemi.
Michael Ryan, kepala program kedaruratan WHO, mengatakan bahwa deklarasi pandemi ini dimaksudkan "untuk membangkitkan dunia untuk berperang." Pada hari Rabu, ia merekomendasikan negara-negara untuk mempekerjakan lebih banyak pelacak kontak, yang melacak orang-orang yang telah terpapar dari orang yang telah dites positif virus corona, dan untuk menguji serta mengisolasi siapa pun yang terinfeksi.
Pada hari Rabu, Direktur WHO Tedros menyebutkan bahwa beberapa negara tidak menganggap serius ancaman COVID-19, meskipun dalam sesi tanya-jawab, Dr. Ryan menolak menyebutkan nama negara itu. "WHO tidak mengkritik negara-negara anggotanya di depan umum," ucapnya. "Kamu tahu siapa dirimu."
ERWIN PRIMA | NEW YORK MAGAZINE | NAVY TIMES