CANTIKA.COM, Jakarta - Sebagai pengajar penulisan kreatif, Ayu Utami menilai kemampuan anak muda menulis dalam bahasa Indonesia menurun drastis. Dari pengalamannya mengajar, tulisan jelek bertambah dari tahun ke tahun.
Ayu Utami mengaitkan kemampuan menulis dengan interaksi anak muda di media sosial. Lewat medium itu, kata dia, siapa saja bisa menulis, tak peduli tulisannya bagus atau jelek, tata bahasanya rapi atau berantakan. "Ini ada hubungannya dengan paparan mereka terhadap tulisan jelek tanpa melalui proses pengeditan," ujar Ayu Utami, Jumat, 28 Februari 2020.
Pada zaman dulu, kata Ayu, orang biasanya membaca tulisan dalam kaidah yang baik dan benar meski secara lisan berantakan. Kala itu, masih banyak teks yang bisa dibaca dan sudah melalui proses pengeditan.
Ilustrasi menulis. shutterstock.com
"Adanya media sosial, teknologi digital, setiap orang bebas menulis sehingga banyak tulisan jelek," kata penulis novel Saman itu. "Bahasa tulisannya, ejaannya jelek. Singkatannya, enggak keruan. Anak-anak sekarang melihat yang seperti itu."
Ayu Utami mengajak para muridnya berani menulis lebih dulu, terstruktur, dan tetap punya muatan spontanitas. Barulah di akhir pelajaran ia mulai cerewet mencari 'kotoran' tulisan mereka.
"Kesalahan berbahasa itu saya sebut jigong. Saya bilang tulisan yang jigongnya banyak berarti jorok, enggak bertanggung jawab," katanya. Ayu sempat memberikan kado sikat gigi dan odol kepada murid yang tulisannya paling 'kotor'.