CANTIKA.COM, Jakarta - Pemerintah memutuskan untuk melakukan rapid test guna mencegahmeluasnya penyebaran virus corona baru atau COVID-19 di Indonesia. Tes ini diutamakan di daerah-daerah terjangkit sesuai peta penyebaran kasus yang positif. Tes ini kali pertama diadakan di Jakarta Selatan pada Jumat, 20 Maret 2020. Diketahui bahwa kasus 01 dan kasus 02 positif virus corona di Indonesia berawal dari lantai dansa resto Amigos, Kemang, Jakarta Selatan. Kasus 01 tertular dari warga negara Jepang yang diduga teman dansanya.
Rapid test adalah suatu metode pemeriksaan cepat untuk melihat suatu infeksi di tubuh. Ada berbagai cara rapid test yang bisa dilakukan. Namun pada kasus corona, Indonesia akan menggunakan metode pemeriksaan IgG dan IgM yang diambil dari sampel darah.
IgG adalah singkatan dari Immunoglobulin G dan IgM adalah kependekan dari Immunoglobulin M. Keduanya merupakan bentuk dari antibodi atau bagian dari sistem kekebalan tubuh. IgG adalah jenis antibodi yang paling banyak ada di darah dan cairan tubuh lainnya.
Antibodi ini, bertugas untuk melindungi tubuh dari infeksi dengan cara mengingat bakteri atau virus yang sebelumnya pernah terpapar di tubuh Anda. Saat virus atau bakteri itu kembali, tubuh sudah tahu bahwa ia harus dilawan.
Sedangkan IgM adalah antibodi yang terbentuk saat Anda pertama kali terinfeksi oleh virus ataupun bakteri jenis baru. Bisa dibilang, IgM adalah garda terdepan pertahanan tubuh kita. Saat tubuh merasa bahwa ada infeksi yang akan terjadi, maka kadar IgM di tubuh akan meningkat, sebagai persiapan melawan virus atau bakteri. Lalu, setelah beberapa saat, kadar IgM akan mulai menurun, digantikan oleh IgG yang akan melindungi tubuh dalam jangka waktu lebih lama.
Berikut gambaran rapid test corona baru atau COVID-19
- Sampel darah diambil sedikit dari ujung jari.
- Lalu, sampel tersebut diteteskan ke alat rapid test.
- Selanjutnya, cairan pelarut sekaligus reagen akan diteteskan di tempat yang sama.
- Tunggu 10-15 menit.
- Hasil akan tampak di alat berupa garis.
Jika hasilnya positif, maka ada kemungkinan bahwa orang tersebut memang sedang mengalami infeksi. Namun, hasil dari rapid test tidak bisa langsung dijadikan acuan untuk menganggap bahwa orang tersebut positif atau negatif infeksi virus corona.
Bila hasil rapid test positif, maka orang tersebut perlu menjalani pemeriksaan lebih lanjut lagi menggunakan pemeriksaan swab atau pengambilan lendir tenggorokan dan hidung. Hasil swab-lah yang bisa dijadikan pegangan seseorang positif atau negatif COVID-19.
Hal yang perlu diperhatikan seputar hasil rapid test
Rapid test memang bisa berperan sebagai langkah penyaringan, untuk mempercepat deteksi infeksi virus corona. Meski begitu, ada hal yang perlu diperhatikan. Hasil rapid test, tidak 100 persen akurat. Masih ada faktor-faktor lain yang bisa membuat alat ini mengeluarkan hasil false negative atau negatif palsu.
Menurut Medical editor SehatQ, Anandika Pawitri rapid test dengan metode antibodi ini merupakan tindakan skrining, bukan konfirmasi. Untuk bisa memastikan status positif corona, pemeriksaan menggunakan swab harus tetap dilakukan.
“Saat alat itu membaca bahwa di tubuh kita ada IgG dan IgM yang terbentuk, itu artinya ada dua hal. Pertama, dia memang terinfeksi corona, atau kedua, dia bisa aja cross reaction antibody dengan virus lain,” katanya.
Maksud dari cross reaction antibody dengan virus lain adalah di tubuh orang yang diperiksa, memang sedang terjadi infeksi virus, namun bukan infeksi virus corona. Infeksi virus lain juga bisa mengubah kadar IgG dan IgM di tubuh, sehingga saat rapid test dilakukan, hasilnya akan keluar positif.
Ia menambahkan, apabila hasil pemeriksaan rapid test tersebut negatif, bisa disebabkan karena antibodi COVID-19, belum terbentuk di tubuh kita. Memang antibodi tersebut tidak akan langsung terbentuk di tubuh setelah paparan terjadi dan membutuhkan waktu beberapa hari. Jadi, bisa saja Anda melakukan pemeriksaan di waktu yang kurang tepat, sehingga antibodi belum terbentuk. Padahal, virus tersebut sudah ada di dalam tubuh.
Terakhir, dr. Anandika menambahkan bahwa karena virus corona masih baru, masih banyak sifat-sifatnya yang belum diketahui secara jelas, termasuk waktu terbentuknya antibodi setelah paparan terjadi.
Setelah Anda melalui prosedur rapid test dan mendapatkan hasil yang negatif, tetaplah menjalani karantina mandiri dan melakukan social distancing, selama setidaknya 14 hari. Apalagi, jika Anda mengalami gejala-gejala seperti demam, batuk, dan sesak napas.
SEHATQ | DEWI NURITA