CANTIKA.COM, Jakarta - Banyak masyarakat beranggapan memakai hand scoon atau sarung tangan medis salah satu cara melindungi diri dari paparan virus corona baru atau COVID-19. Akhir-akhir ini, kita melihat sejumlah orang memakai salah satu kelengkapan Alat Pelindung Diri atau APD tenaga medis tersebut saat berbelanja di supermarket ataupun di kendaraan umum. Nyatanya, sarung tangan medis itu untuk digunakan tenaga medis di rumah sakit, klinik, dan puskesmas.
Salah satu dokter yang tegas bicara soal tidak tepatnya penggunaan sarung tangan medis adalah Dokter Reisa Broto Asmoro. "Jangan gunakan hand scoon hanya untuk berbelanja, biar yang lebih membutuhkan saja yang pakai," ujar Reisa di Instagram-nya pada Kamis, 26 Maret 2020.
Dokter Reisa mengimbau agar tidak menggunakan sarung tangan medis sehingga menjadi langka, seperti masker bedah yang kebanyakan salah saprah dalam penggunaannya. "Jika sekarang kamu punya stok sarung tangan medis banyak bisa kamu sumbang ke tenaga medis di sekitarmu," imbaunya.
Reisa menambahkan jika hanya keperluan non-medis, misalnya untuk perlindungan diri di rumah atau belanja, ada pilihan lainnya tanpa harus membuat tenaga medis kesusahan. "Pilihlah sarung tangan plastik (yang biasa untuk cuci piring) atau plastik kiloan saja, namun akan lebih dan ini yang benar-benar bisa proteksi diri kamu yakni dengan cuci tangan," ucap Reisa.
Hal senada juga dikemukakan Dokter Amesh Adalja dari Johns Hopkins Center for Health Security di Amerika Serikat. Amesh mengatakan sarung tangan bukan ide yang baik, terlepas dari kenyataan bahwa virus corona dapat menyebar melalui kontak dengan permukaan yang terinfeksi.
"Saya tidak berpikir mereka akan melakukan apa pun selain memberi orang rasa aman palsu, membuang waktu dan menciptakan lebih banyak permintaan untuk sesuatu yang tidak perlu, seperti masker," kata Amesh, seperti yang dilansir dari laman The Sacramento Bee.
Sebab menurut Amesh masih banyak orang masih akan menyentuh wajah mereka dengan sarung tangan, yang sebenarnya mungkin efeknya bisa menjadi lebih buruk.
EKA WAHYU PRAMITA