CANTIKA.COM, Jakarta - Di tengah pandemi corona, sejumlah perhimpunan dokter mengeluarkan protokol pencegahan penularan virus corona baru atau COVID-19. Di antaranya Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia atau POGI mengimbau masyarakat hanya ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan saat mengalami keluhan kegawatdaruratan sebagai berikut.
1. Muntah hebat
2. Perdarahan
3. Kontraksi/nyeri perut hebat
4. Pecah ketuban
5. Tekanan darah tinggi
6. Nyeri kepala hebat
7. Kejang
8. Tidak merasakan gerak janin
Selain itu, aturan kegawatdaruratan juga berlaku untuk pasien infertilitas yang sedang menjalani program kesuburan atau bayi tabung: nyeri perut bawah hebat, perdarahan hebat, dan keputihan hebat berbau.
Menurut dokter spesialis kebidanan dan kandungan Ferry Darmawan dalam Kulwap Kalcare Rabu, 1 April 2020, hingga saat ini penelitian COVID-19 fertilitas dan kehamilan sangat terbatas. Beberapa kasus ditemukan relatif aman, namun belum diketahui jangka panjang seperti apa.
"Saat ini perhimpunan dokter tidak melakukan program hamil, meskipun pasangan terbebas dari COVID-19. Untuk pasien yang sedang menjalani program bayi tabung sebaiknya dilakukan metode pembekuan semua embrio," jelas Ferry.
Ia juga mengatakan agar operasi yang berkaitan dengan program hamil juga ditunda. Sementara tindakan atau program yang sudah setengah jalan diselesaikan dengan kehati-hatian.
"Anda dan pasangan bisa saja tidak bergejala, namun jika salah satu dari Anda positif maka penularan mungkin bisa terjadi. Untuk itu silakan manfaatkan waktu meningkatkan kualitas hubungan. Anda bisa berhubungan secara alami 2-3 kali seminggu," saran Ferry.
Sementara itu, untuk ibu hamil memiliki risiko yang sama dengan pasien umum untuk tertular COVID-19. Untuk tempat pilihan bersalin, sebaiknya sesuai indikasi. Bila tidak ada kondisi penyulit, bisa melahirkan dengan bantuan bidan. Untuk rumah sakit disarankan yang bukan rujukan COVID-19
Saat ini, menurut Ferry belum ada penelitian yang mumpuni mengenai hal ini. Ada penelitian dengan sampel yang kecil yang mengatakan adanya antibodi terhadap virus corona pada bayi. Namun hal ini bukan berarti bayi yang dilahirkan imun terhadap virus.
EKA WAHYU PRAMITA