CANTIKA.COM, Jakarta - Sepekan pertama bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH), orang masih merasa senang karena bisa lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarga. Urusan memilih pakaian kerja, makeup sebelum berangkat ke kantor, hingga berjibaku di dalam moda transportasi yang padat, tak lagi terasa.
Setelah hampir satu bulan menjalani WFH, para pekerja mulai merasa bosan. Sesuatu yang semula dirasa menyenangkan berubah menjadi kecemasan sampai stres. Sejatinya apa yang terjadi pada psikologis orang yang terlalu lama WFH dalam masa wabah corona ini?
Psikolog Doreen Marshall mengatakan perubahan suasana hati dan pikiran itu lumrah adanya. "Kita menghadapi kondisi baru yang serba tidak pasti, wajar jika orang-orang lebih rentan mengalami stres, kecemasan, bahkan depresi," kata Marshall yang juga Wakil Presiden American Foundation for Suicide Prevention (Yayasan Pencegahan Bunuh Diri Amerika Serikat) di halaman situs AFSP, pertengahan Maret 2020.
Manusia, Marshall menulis, menyukai kepastian. Kita terprogram untuk ingin tahu apa yang terjadi dan memperhatikan hal-hal yang terasa mengancam bagi kita. Ketika sesuatu menjadi terasa tidak pasti atau tidak merasa aman, normal jika kita merasa stres.
Ilustrasi pekerja stres. Shutterstock
Baca Juga:
Sebagian besar kecemasan yang kita alami terutama dalam masa wabah corona ini, kata Marshall, berasal dari apa yang kita pikir bisa kendalikan, tapi pada kenyataannya tidak bisa. "Pandemi virus corona membuat kita tidak berdaya dan tidak yakin tentang apa yang akan terjadi atau apa yang dapat kita lakukan," kata dia.
Pada saat seperti ini, kesehatan mental bisa terganggu. "Anda mungkin merasa lebih cemas daripada biasanya, marah, tidak berdaya, atau sedih," ujar dia. Jika berlarut-larut, hal ini akan membuat kita merasa lebih tertekan dan kurang termotivasi melakukan kegiatan sehari-hari. Untuk mengatasinya, Marshal Doreen menyarankan setiap orang berfokus pada hal-hal yang dapat dikendalikan dalam keseharian.
PAYSCALE | AFSP | PSYCHOLOGY TODAY