CANTIKA.COM, JAKARTA - Di masa pandemi Covid-19, Majelis Ulama Indonesia mengimbau untuk beribadah di rumah saja di bulan suci Ramadan. Termasuk tak ada buka puasa bersama, salat tarawih, iktikaf di masjid guna mencegah kerumunan orang yang berisiko penularan Covid-19.
Psikolog Retno Dewanti Purba mengatakan tak dapat disangkal, situasi pandemi Covid-19 adalah saat yang berat untuk semua orang, tak terkecuali anak-anak. Perubahan pola hidup yang terjadi secara mendadak tentu akan mendatangkan berbagai perubahan dalam kehidupan sehari-hari.
"Seluruh keluarga menjadi berkumpul sepanjang hari. Aktivitas rutin yang biasanya dilakukan di luar rumah seperti sekolah, bekerja, belanja, olahraga dan lain-lain, sekarang menjadi harus dilakukan di rumah dengan cara yang berbeda. Bagi anak-anak usia dini tentu hal ini bukan merupakan hal yang mudah," papar Retno saat dihubungi Tempo.co, Senin 17 April 2020.
Tak urung, keluhan psikologis anak yang banyak dilaporkan selama di rumah saja adalah rasa frustrasi dan kebosanan akibat kurangnya interaksi sosial dengan teman sebaya, tuntutan sekolah secara online yang berat hingga berkurangnya ruang personal di rumah.
"Bisa kita bayangkan dalam sebulan anak kita melakukan adaptasi terhadap begitu banyak hal: belajar di rumah menggunakan komputer atau gawai, tidak bermain bersama teman di sore hari, libur kegiatan ekstrakurikuler, tidak bepergian di akhir pekan, dan melihat orang-orang dewasa di rumah sepanjang hari namun tidak bisa diajak beraktivitas terus menerus," urai Retno.
Menyambut Ramadan, psikolog Retno juga berbagi tips agar anak bersemangat menunaikan ibadah selama di rumah
1. Jelaskan dengan menggunakan bahasa yang mudah mereka pahami, apa sebetulnya Ramadan itu. Ingatlah untuk selalu menjelaskan konsep-konsep sulit disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Contohnya saat mengajarkan arti dan gerakan salat yang tepat, bisa dimulai dengan wudhu bersama lalu diikuti salat berjamaah.
2. Jelaskan beberapa kegiatan utama yang akan dilakukan oleh keluarga seperti sahur menjelang fajar, tidak boleh makan dan minum sepanjang hari, dan berbuka puasa saat maghrib tiba.
3. Jangan lupa untuk menularkan rasa senang dan bahagia dalam menyambut Ramadan. Kebiasaan berpuasa anak tentu berbeda dari satu anak ke anak lain.
4. Jadikan kegiatan sahur, puasa dan berbuka puasa menjadi menyenangkan. Kita mesti bersabar saat anak belajar puasa. Tawarkan cara-cara yang membuat anak merasa ‘dapat melakukannya'.
"Ingatlah bahwa anak-anak belajar terutama dengan cara melihat dan meniru. Jika kita ingin ada perilaku-perilaku sederhana dan baik yang hendak kita ajarkan pada anak, maka orang tua harus melakukannya agar bisa dilihat oleh anak," ujar Retno.
Pembentukan sebuah perilaku baru tentu proses dan waktu, maka pentingnya repetisi atau pengulangan. Sediakan kegiatan yang cukup menarik namun tidak melelahkan untuk membuat anak tidak terlalu memikirkan rasa lapar dan haus.
Sebelum tidur ingatkan bahwa kita semua akan bangun lebih pagi untuk makan sahur. Lalu, sore hari menjelang berbuka libatkan mereka untuk mempersiapkan buka puasa.