CANTIKA.COM, Jakarta - Penyanyi Widi Mulia berbagi pengalaman pertamanya memakai menstrual cup di usia 40 tahun. Menstrual cup merupakan alat kesehatan dengan bentuk menyerupai corong minyak terbuat dari silikon yang aman bagi tubuh dan digunakan saat menstruasi atau haid.
Widi mengawali cerita dengan perjalanannya memakai pembalut sejak haid kali pertama pada kelas 5 SD (Sekolah Dasar).
"Sampai SMP (Sekolah Menengah Pertama) saya pakai pembalut sekali pakai. Masuk SMA (Sekolah Menengah Atas) karena lihat iklan tampon dari majalah luar yang katanya tetap nyaman digunakan saat olahraga dan bahkan berenang, langsung dong nyobain dan terus deh jadi pilihan hingga sekarang," ucap istri Dwi Sasono ini di Instagram pada 22 April 2020.
Kemudian ibu tiga anak itu mengungkapkan perasaannya pertama kali memakai menstrual cup. "Bahagianya minta ampun. Ngga repot makenya, ngga kerasa ngganjel sama sekali saking itu benda lentur dan vacuum di posisinya. Dan... mulai saat ini artinya saya ngga nambahin sampah baru di bumi tercinta ini," imbuhnya.
Kemudian Widi sampaikan terima kasih kepada teman-temannya yang mengenalkan menstrual cup. Ia pun berharap putrinya, Widuri, yang tahun ini bakal naik kelas 5 SD bakal mengikuti jejaknya memakai menstrual cup saat haid pertama.
Di unggahan video Instagram pada Senin pagi, 27 April 2020, Widi kembali membagikan pengalaman memakai menstrual cup saat berolahraga. "Nyaman, bebas dari rasa mengganjal, dan bawaannya tidak sedang haid," ujarnya.
Bagi Anda yang baru ingin mencoba menstrual cup seperti Widi Mulia, ada baiknya mencari tahu dulu sejumlah fakta produk kewanitaan tersebut.
Menurut dokter spesialis kebidanan dan kandungan Riyana Kadarsari saat ditemui Cantika pada akhir Februari 2019, dari segi penjualan produk menstrual cup di Indonesia baru pada 2018 dan masih sebatas penjualan via online. Sementara itu, di luar negeri sudah menstrual cup menjadi produk kesehatan yang umum.
Ia mencontohkan di Kenya Barat tahun 2016 terdapat studi pada remaja putri dengan membandingkan pemakaian menstrual cup, pembalut, dan kain.
"Yang memakai menstrual cup berisiko rendah terhadap Sexually Transmitted Disease (STD) dan angka infeksi bacterial vaginosis lebih rendah dibandingkan yang menggunakan pembalut dan kain. Saya sendiri sudah menggunakan menstrual cup sejak delapan tahun lalu,” ujarnya di acara "The #NewPeriodIndonesia: Introduction to a Menstrual Cup" di ConClave, Jakarta Selatan, pada akhir Februari 2019.
Ilustrasi menstrual cup. depositphoto
Untuk mengenal lebih jauh tentang menstrual cup, dokter Riyana Kadarsari membagikan enam fakta tentang menstrual cup.
1. Cara pemakaian
Cara pemakaian menstrual cup tak jauh berbeda saat menggunakan tampon. Bagi yang baru pertama kali menggunakan menstrual cup, rileks modal utamanya.
"Kalau sudah tegang, jadinya serba salah dan susah masuknya. Kamu bisa pilih posisi senyaman mungkin, bisa dalam posisi duduk, jongkok atau mengangkat salah satu kaki. Boleh menggunakan lubrikan vagina untuk mempermudah pemakaian. Kemudian, pegang ujung cup dengan melipatnya seperti huruf U," ujar Riyana.
Tidak perlu takut-takut memasukkan jari ke liang vagina. Ukuran jari tangan kita lebih kecil dibandingkan liang vagina. Dorong dengan yakin sembari memutar hingga cup terbuka.
Bila menstrual cup itu kekecilan, salah satu tandanya mudah bocor dan mudah turun. Kalau kebesaran, susah masuk ke dalam liang vagina. Bila dirasa kepanjangan, bisa dipotong juga ujungnya sesuai batasan yang disarankan setiap produk.
2. Lama pemakaian
Pemakaian tergantung derasnya aliran darah dan berkisar di antara 4-12 jam, namun tidak boleh melebihi 12 jam.
“Pembuangan darah di cup tergantung kondisi masing-masing. Kalo hari pertama lagi “banjir”, ada yang buang 2 jam sekali. Kalo udah bocor di celana, berarti harus dibuang. Begitu darahnya banyak, cup itu sudah gak vakum lagi, jadinya menetes dan bocor ke celana," urai Riyana.
Menurutnya, ada penelitian yang bilang setiap 6 jam darah di menstrual cup wajib dibuang, sekalipun sudah di hari-hari terakhir menstruasi. "Misalnya saat terbangun pipis di malam hari, buang darah yang keluar meskipun sedikit, agar terhindar dari risiko infeksi,” Riyana menambahkan.
Halaman