CANTIKA.COM, Jakarta - Di tengah pandemi corona, selain masker kain, pemakaian face shield atau pelindung wajah transparan yang menutup hampir seluruh wajah kian diminati. Seberapa efektifkah itu untuk lindungi diri dari paparan virus corona baru atau COVID-19?
Melansir dari laman Web MD pada Rabu, 6 Mei 2020 tim ahli dari Universitas Iowa, Amerika Serikat, mengatakan pelindung wajah mungkin menggantikan masker sebagai pencegah yang lebih nyaman dan efektif dari paparan COVID-19 terutama untuk tenaga medis.
"Pelindung wajah yang dapat diproduksi dan didistribusikan dengan cepat dan terjangkau, harus dimasukkan sebagai bagian dari strategi untuk secara aman dan secara signifikan mengurangi penularan dalam pengaturan komunitas," kata tim yang terdiri dari tiga orang dokter itu.
Dilaporkan dalam Journal of American Medical Association, 29 April 2020, para ahli yang dipimpin oleh Eli Perencevich, dari departemen kedokteran penyakit dalam universitas, dan Sistem Perawatan Kesehatan Veterans Affairs Kota Iowa, mengatakan inilah masanya face shield. Menurut Perencevich dan timnya, pelindung wajah dapat memberikan pilihan yang lebih baik.
Agar efektif menangkal penyebaran virus, pelindung wajah harus diperluas hingga di bawah dagu.
"Selain itu, disarankan juga harus menutupi telinga dan seharusnya tidak ada celah yang terbuka antara dahi dan topi face shield," tutur anggota tim Iowa.
Face shield memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan masker, tambah mereka. Pertama, mereka dapat digunakan kembali tanpa henti, hanya perlu dibersihkan dengan sabun dan air atau desinfektan umum.
Kedua, biasanya lebih nyaman dipakai daripada masker, dan dengan face shield dapat menjadi penghalang yang membuat orang tidak mudah menyentuh wajah mereka sendiri. Penggunaan face shield juga merupakan pengingat untuk menjaga jarak sosial, tetapi memungkinkan visibilitas ekspresi wajah dan gerakan bibir untuk persepsi ucapan.
Hingga saat ini, belum ada penelitian untuk melihat seberapa baik face shield membantu mencegah paparan virus. Yang selalu ditekankan face shield adalah salah satu bagian dari upaya pencegahan infeksi virus, diikuti dengan jarak sosial dan rajin mencuci tangan.
Tapi pakar lainnya berpendapat beda. Shan Soe-Lin, seorang dosen urusan global di Universitas Yale di New Haven, Connecticut, Amerika Serikat, dan ahli imunologi, mengatakan face shield tidak perlu digunakan masyarakat umum.
"Rata-rata orang seperti Anda atau saya dengan menjaga jarak sosial dan mengenakan masker kain dengan benar, itu sudah lebih dari cukup," tukas Soe-Lin, seperti dikutip Today.
Ia menambahkan bahwa perisai plastik tidak akan menyaring udara dan hanya akan memblokir tetesan agar tidak mengenai wajah Anda, terutama jika tidak dipakai bersamaan dengan kain penutup wajah. Belum ada intervensi apa pun - bahkan vaksin - yang dapat menjamin efektivitas 100 persen terhadap virus corona, sehingga face shield tidak boleh dijadikan sebagai standar kesehatan.
Sekali lagi, pemakaian face shield tetap diiringi pola hidup bersih dan sehat untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona.
EKA WAHYU PRAMITA