CANTIKA.COM, Jakarta - Pandemi Covid-19 turut memengaruhi sumber pendapatan sejumlah orang. Dengan laju bisnis dan perekonomian yang melambat, sejumlah pekerja mengalami Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK.
Tak jarang orang merasa putus asa dan stres karena terpaksa harus dirumahkan di tengah pandemi Covid-19. Tentu dibutuhkan dukungan dari orang terdekat seperti keluarga dan pasangan untuk menghadapi keadaan ini. Psikolog Retno Dewanti Purba mengatakan bahwa bukan hal yang mudah untuk memberi semangat bagi para korban PHK.
“Untuk dapat memberikan dukungan bagi pasangan atau keluarga yang terkena PHK, memang agak tricky di saat seperti ini. Kita harus benar-benar sensitif agar niat baik kita ingin memberikan dukungan tidak salah diartikan dan justru sebaliknya malah menyinggung,” katanya dalam R&R Talks Sesi 2 #NgobrolPakaiHati pada Rabu, 20 Mei 2020.
Berikut tiga cara jitu mendukung pasangan yang baru saja jadi korban PHK di masa pandemi
1. Kenali dukungan seperti apa yang dibutuhkan korban PHK
Banyak cara yang bisa Anda lakukan sebagai bentuk dukungan. Ini bisa melalui pelukan, saran, didiamkan saja dan sebagainya. Nah sebelum bertindak dalam memberi semangat, ada baiknya hal-hal ini diperhatikan agar tidak menambah beban.
“Kita mengenali lewat apa yang disampaikan korban. Jadi kunci pertama mengenali adalah mendengarkan apa yang dibutuhkan,” katanya.
2. Membantu menciptakan jadwal kerja baru
Apabila Anda sudah memberikan dukungan dengan maksimal, ini saatnya untuk membantu pasangan move on dengan mencari strategi dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan menciptakan jadwal kerja baru lewat hobi dan aktivitas favoritnya.
“Ini adalah cara agar dia bergerak maju dan tidak terjebak dalam masalah itu terus menerus,” ujarnya.
3. Dukung membuat rencana ke depannya
Sebagai pasangan yang baik, solusi juga bisa dicari secara bersama-sama, termasuk dalam hal karier dan finansial. Misalnya membantu mencari pekerjaan baru dan lakukan juga pemangkasan pos-pos keuangan agar tidak kekurangan selama belum dapat pekerjaan.
“Solusi seperti ini membantu ia terhindar dari risiko munculnya masalah baru,” ungkap psikolog Retno.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA