CANTIKA.COM, Jakarta - Menjamurnya merek produk perawatan kulit atau skincare lokal membuat konsumen lebih banyak opsi untuk merawat kesehatan dan kecantikan kulitnya. Akan tetapi, fakta tersebut juga bisaimembuat konsumen bingung dalam menemukan produk yang tepat untuk kulit mereka. Walhasil, mereka menjalani proses coba-coba yang butuh waktu dan biaya yang tak sedikit.
Berkaca dari hal tersebut, Base, sebuah merek skincare yang berbasis teknologi, menawarkan perspektif baru mengenai pemilihan perawatan kulit dan mengajak konsumen menerapkan personalisasi perawatan kulit sesuai jenis kulit, tujuan perawatan kulit atau skin goals, dan gaya hidup.
Untuk memastikan skincare sesuai kebutuhan setiap klien, Base mengajukan beragam pertanyaan seputar gaya hidup sehari. Contohnya, lama waktu terpapar matahari, tipe kulit wajah, jerawat berapa kali sebulan, lalu ada di bagian mana biasanya. Selain itu, juga merinci pemakaian produk lain seperti obat dokter, perawatan alami, produk dengan kandungan AHA saja atau juga vitamin C.
"Sehingga konsumen mengetahui proses perawatan based-nya dengan eksplorasi kulit jadi lebih tahu kondisi kulitnya sendiri bukan semata ikut tren," ucap Chief Product Officer atau CPO Base, Ratih Permata Sari, dalam virtual one on one interview dengan Cantika.com pada Jumat, 17 Juli 2020.
Keseluruhan proses skincare discovery ini dimulai dari pertanyaan, jawaban, analisis, dan hasil analisis skin test konsumen berdasarkan algoritma Base yang merancang skincare sesuai penggunanya hasil analisis ini bisa langsung dilihat setelah selesai Skin Test.
Melalui situs web-nya, BASE merinci semua bahan-bahan alami berbasis tanaman yang digunakan dan manfaatnya untuk membuat rangkaian produk skincare.
Misalnya, minyak argan yang berfungsi sebagai perlindungan dari kerusakan kulit akibat sinar matahari, ekstrak jeruk yang dapat membuat kulit bersinar, atau lavender yang ditujukan untuk menenangkan kondisi kulit. Saat inilah peran algoritma masuk.
Algoritma di balik Skin Test yang berdasarkan jurnal ilmiah bidang biokimia dan dermatologi ini akan mencocokkan bahan-bahan yang ada dengan kulit wajah konsumen.
Misalnya, jika salah satu skin goals konsumen adalah menangani tanda penuaan, maka akan direkomendasikan untuk membeli produk yang mengandung olive squalane yang memiliki khasiat antioksidan.
Termasuk pula perubahan gaya hidup, bertambahnya usia, dan regenerasi sel kulit, akan membuat kebutuhan perawatan kulit berubah. Maka dari itu, Skin Test dapat dilakukan berulang kali, dan produk yang direkomendasikan mungkin akan berubah, mengikuti kondisi kulit dan gaya hidup yang terbaru.
Hasil analisis Skin Test tersimpan di dalam akun konsumen, sehingga dapat ditelusuri kembali jika diperlukan.
Base juga menjunjung tinggi perspektif “plants first” dalam memformulasikan bahan-bahan di dalam rangkaian produknya. Base lebih mengutamakan bahan baku dari tanaman di tanah asalnya tumbuh.
Selain itu, semua bahan-bahan dalam rangkaian produk BASE telah teruji secara klinis dan diverifikasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Komitmen BASE dalam memberikan produk terbaik juga terbukti dari riset yang dilakukan bersama laboratorium di Inggris dan Korea, sehingga mampu menghasilkan formula perawatan kulit yang ditujukan untuk beragam jenis dan kebutuhan kulit.
Didirikan pada tahun 2019 oleh Yaumi Fauziah Sugiharta dan Ratih Permata Sari di bawah naungan PT Basis Inovasi Global, BASE ditujukan bagi siapa pun yang memerlukan produk perawatan kulit, tapi juga mendorong mereka untuk menyadari bahwa kulit dan kebutuhan kulitnya adalah sesuatu yang unik.
“Kecantikan itu personal dan berbeda satu dari yang lainnya. Kami ingin mendorong prinsip bahwa setiap orang unik dengan memberikan kebutuhan yang memang khusus untuk keunikan mereka. Berkat data dan teknologi, proses penemuan kebutuhannya kami simplify, supaya mereka tidak menghabiskan waktu untuk trial and error dengan berbagai macam produk,” ujar Chief Executive Officer atau CEO BASE, Yaumi Fauziah Sugiharta.