CANTIKA.COM, Jakarta - Di tengah perjuangan masyarakat dunia melawan pandemi Covid-19, penyebaran virus Nipah tak boleh diabaikan. Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat terkait agar mewaspadai potensi penyebaran virus nipah ke Indonesia dari babi di Malaysia.
"Kita harus waspada terhadap potensi penularan virus Nipah dari hewan ternak babi di Malaysia melalui kelelawar pemakan buah," ungkap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Kementerian Kesehatan, Didik Budijanto, Rabu, 27 Januari 2021.
Meski belum pernah ada laporan kejadian infeksi virus Nipah di Indonesia, kewaspadaan perlu ditingkatkan berdasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan sekelompok kelelawar buah yang bergerak secara teratur dari Semenanjung Malaysia ke Pulau Sumatera, khususnya Sumatera Utara.
"Sehingga ada kemungkinan penyebaran virus Nipah melalui kelelawar atau melalui perdagangan babi ilegal dari Malaysia ke Indonesia," tukas Didik.
Untuk mencegah penularan virus Nipah, pemerintah berupaya mencegah perdagangan ternak babi ilegal dari daerah yang terinfeksi. Pemerintah juga menerapkan prosedur pengetatan ekspor dan impor komoditas babi dan produk antara Indonesia dan Malaysia.
Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia menyatakan Indonesia hanya menerima impor binatang ternak dan produk turunannya yang dilengkapi sertifikat kesehatan. Di Malaysia, sertifikat kesehatan diterbitkan oleh Departemen Layanan Hewan Malaysia yang intinya menyatakan produk tersebut sehat.
Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Kementerian Pertanian, khususnya Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Kementerian Lingkungan Hidup untuk mencegah dan mengendalikan penyakit zoonosis, termasuk virus Nipah ini. Kolaborasi dengan pendekatan One Health itu tercermin dalam Integrasi Sistem Informasi Surveilens yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi program pencegahan penanggulangan penyakit.
Menurut World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia, virus Nipah pertama diketahui pada 1998 di Malaysia. Virus tersebut kemudian menyebar ke sejumlah negara, seperti Thailand, India, Singapura, Cina, dan Bangladesh.
Bagaimana cara penularannya? Masih mengutip dari laman WHO, infeksi virus Nipah bisa ditularkan dengan tiga cara, yaitu dari hewan ke manusia, makanan yang terkontaminasi virus atau langsung dari orang ke orang.
Seseorang yang terinfeksi virus Nipah akan merasakan gangguan pernapasan hingga peradangan pada jaringan otak hingga mengganggu kerja saraf atau ensefalitis. WHO menyatakan belum ada obat atau vaksin khusus virus Nipah.
Ilustrasi kelelawar. Bats.org.uk
Direktur Eksekutif Access to Medicine Foundation, sebuah nirlaba yang berbasis di Belanda, Jayasree K. Iyer mengatakan wabah virus Nipah yang terjadi di Cina, dengan tingkat kematian hingga 75 persen berpotensi menjadi risiko pandemi besar berikutnya.
Baca juga:
Kenali Gejala dan Bahaya Virus Hanta
"Virus Nipah merupakan penyakit menular yang bisa meledak kapan saja," kata Jayasree K. Iyer seperti dikutip dari The Guardian.
Virus Nipah masuk dalam daftar sepuluh penyakit menular WHO yang memiliki risiko kesehatan terbesar. Di dalam daftar penyakit menular itu juga ada Mers dan Sars. Dua penyakit ini sama-sama dipicu oleh virus Corona yang memiliki risiko kematian lebih tinggi dari Covid-19, namun tidak terlalu mudah menular.
Kelelawar buah diduga menjadi inang alami dari virus Nipah. Masa inkubasi virus Nipah mencapai 45 hari. Artinya, jika dalam periode itu orang yang terinfeksi tidak menyadari kondisinya, maka virus ini dapat menyebar antarmanusia dengan jangka waktu yang cukup lama.
Virus Nipah dari kelelawar dapat menyebar ke berbagai hewan yang dikonsumsi manusia. Bisa juga lewat buah yang terkontaminasi virus Nipah dari kelelawar buah tadi. Dan transmisi virus dari manusia ke manusia. Bangladesh dan India adalah dua negara yang pernah mengalami pandemi virus Nipah yang diduga dipicu dari jus kurma.
Kelelawar buah keluar pada malam hari dan hinggap di pepohonan perkebunan kurma. Kelelawar itu mengambil sari buah dan meninggalkan kotoran setelahnya. Petani kemudian mengambil buah tersebut dan ini bisa menjadi awal kontaminasi virus ke manusia.
Secara alami, kelelawar buah hidup di hutan lebat dengan banyak pohon buah-buahan. Para peneliti menyimpulkan kebakaran hutan dan kekeringan memaksa kelelawar keluar dari habitat aslinya dan mencari makanan ke perkebunan di sekitarnya. Saat di bawah tekanan, kelelawar akan melepaskan lebih banyak virus, termasuk virus Nipah, karena stres.