CANTIKA.COM, Jakarta - Saat pandemi, segala tekanan hidup entah dari pekerjaan atau kondisi kehidupan lain mungkin lebih besar. Banyak dari kita merasa lelah, terkuras, dan merasa tidak fokus pada pekerjaan untuk sementara. Apakah ini bentuk stres? Ataukah ini yang dinamakan burnout?
Istilah "stres" dan "burnout" atau kelelahan terkadang digunakan secara bergantian. Mereka memang ada pada spektrum yang sama, tetapi ada beberapa perbedaan utama.
Stres yang bersifat sementara atau terkait dengan peristiwa tertentu adalah bagian normal dari kehidupan yang kita semua alami dari waktu ke waktu.
“Kita merasa stres ketika cadangan mental, fisik, atau emosional kita didorong melewati tingkat kenyamanan,” kata Ryan Howes, seorang psikolog klinis di Pasadena, California, kepada HuffPost.
Arti burnout adalah reaksi terhadap stres kerja yang berkepanjangan atau kronis dan dicirikan oleh tiga dimensi utama: kelelahan, sinisme, dan perasaan berkurangnya kemampuan profesional. Jika tidak terselesaikan, kelelahan dapat menyebabkan kondisi kesehatan mental seperti depresi klinis.
Istilah "burnout" pertama kali muncul pada tahun 1974 setelah Herbert Freudenberger merilis sebuah buku bertajuk Burnout: The High Cost of High Achievement. Pada awalnya Freudenberger mendefinisikan kelelahan sebagai, "lenyapnya motivasi atau dorongan, terutama ketika pengabdian seseorang pada suatu tujuan atau hubungan gagal mencapai hasil yang diinginkan."
“Misalkan kita terus-menerus mengalami stres untuk jangka waktu yang lama, tanpa mampu mengubahnya,” kata Lee Chambers, seorang psikolog lingkungan dan konsultan kesejahteraan di Inggris kepada HuffPost. “Dalam hal ini, kita bisa mulai merasa hampa, kurang motif, pesimis, dan umumnya ceroboh tentang kehidupan. Ini adalah burnout."
Saat menghadapi kelelahan, Anda mungkin merasa putus asa dengan situasi Anda. Anda kesulitan melihat cahaya di ujung terowongan.
"Perasaan menyeluruh adalah kelangkaan energi, motivasi dan tujuan, dan perasaan seperti itu tidak akan berubah," kata Chambers.
"Stres dapat ditandai dengan keterlibatan yang berlebihan atau melakukan terlalu banyak hal, sedangkan kelelahan sering menyebabkan pelepasan -atau tidak cukup melakukan- dan perasaan tumpul secara emosional," kata Zainab Delawalla, seorang psikolog klinis di Atlanta, dikutip dari HuffPost.
Pada 2019, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan burnout atau kelelahan kerja sebagai "fenomena pekerjaan" (bukan kondisi medis) dalam Klasifikasi Penyakit Internasional. Umumnya, istilah burnout digunakan dalam konteks pekerjaan, tetapi tidak hanya terjadi pada orang yang terlalu banyak bekerja. Ini juga dapat terjadi ketika Anda merasa kurang tertantang secara profesional atau karena perlakuan yang tidak adil di tempat kerja.
Kelelahan juga dapat terjadi pada bidang kehidupan lain, seperti pengasuhan anak atau pandemi virus korona. Apa pun sumber stres yang mungkin terus berlanjut, Anda akan mulai merasa seperti kehabisan tenaga, membuatnya lebih sulit untuk menangani tanggung jawab dasar dan menikmati aspek kehidupan Anda yang dulu menyenangkan.
Baca juga: 6 Tips Hindari Burnout untuk Ibu Rumah Tangga
Walaupun kelelahan bukanlah gangguan psikologis yang dapat didiagnosis, bukan berarti hal itu tidak boleh dianggap serius. Berikut adalah beberapa tanda burnout yang paling umum:
1. Keterasingan dari aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan
Orang yang mengalami kejenuhan memandang pekerjaan mereka sebagai hal yang semakin membuat stres dan membuat frustrasi. Mereka mungkin menjadi sinis tentang kondisi kerja mereka dan orang yang bekerja dengan mereka. Mereka mungkin juga secara emosional menjauhkan diri dan mulai merasa mati rasa tentang pekerjaan mereka.
2. Gejala fisik
Stres kronis dapat menyebabkan gejala fisik, seperti sakit kepala dan sakit perut atau masalah usus.
3. Kelelahan emosional
Burnout menyebabkan orang merasa terkuras, tidak mampu mengatasi hal-hal tertentu, dan lelah. Mereka seringkali kekurangan energi untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.
4. Penurunan kinerja
Burnout kebanyakan memengaruhi tugas sehari-hari di tempat kerja — atau di rumah ketika pekerjaan utama seseorang melibatkan merawat anggota keluarga. Individu yang mengalami ini merasa negatif tentang tugas mereka. Mereka juga akan mengalami kesulitan berkonsentrasi dan seringkali kurang kreatif.
Baca juga: Yang Perlu Anda Ketahui Soal Post Pandemic Stress Disorder (PPSD)
HUFFINGTON POST | VERY WELL MIND