CANTIKA.COM, Jakarta - Perempuan rentan terjerumus ke dalam aksi terorisme. Hal ini menanggapi dua aksi teror yang terjadi di Makassar dan Mabes Polri di Jakarta yang melibatkan perempuan. "Adanya fenomena peningkatan pelibatan perempuan dalam aksi radikalisme dan terorisme menunjukkan perempuan lebih rentan terlibat dalam persoalan ini," kata Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Ratna Susianawati, dalam keterangan tertulis, Ahad, 4 April 2021.
Faktor sosial, ekonomi, perbedaan pola pikir, serta adanya doktrin yang terus mendorong bahkan menginspirasi para perempuan menjadi sebagian alasan kerentanan itu. Kerentanan dan ketidaktahuan perempuan, kata Ratna, pun menjadi sasaran masuknya pemahaman dan ideologi menyimpang. Selain itu, ia menilai keterbatasan akses informasi yang dimiliki dan keterbatasan untuk menyampaikan pandangan dan sikap, juga turut menjadi faktor pemicu. "Di sinilah pentingnya ketahanan keluarga dan strategi komunikasi yang baik untuk membangun karakter anak dengan menginternalisasi nilai-nilai sesuai norma hukum, adat, agama, dan budaya," ujar Ratna.
Baca: Selain Kanker Payudara, Waspadai 5 Jenis Kanker yang Mengintai Perempuan
Ratna menilai ketahanan keluarga dan strategi komunikasi yang baik, sangat dibutuhkan sebagai pondasi dan filter dalam pengasuhan anak di keluarga. Terlebih di tengah kemajuan teknologi dan informasi serta beragamnya modus-modus kejahatan baru, hal ini menjadi lebih krusial.
Saat ini, Ratna mengatakan, orang tua harus bisa menjalankan sejumlah fungsi. Mulai dari menjalin hubungan baik dengan anak, mengawasi dan mengontrol anak, memberikan edukasi, menerapkan pola komunikasi yang terbuka dan mudah dipahami, menerapkan pola pengasuhan dengan kesiapsiagaan, hingga mendeteksi risiko.
"Karena banyak perempuan yang tidak tahu apa saja resiko yang akan ia hadapi, mengingat minimnya pengetahuan," kata Ratna menanggapi aksi terorisme di Mabes Polri yang melibatkan perempuan.