CANTIKA.COM, Jakarta - Owner & Executive Chairperson The Body Shop Indonesia Suzy Hutomo mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 merupakan krisis tersulit yang dihadapi The Body Shop Indonesia sejak berdiri hampir tiga dekade. Sebab pandemi baru pertama kali terjadi secara global, toko ditutup sementara karena aturan pembatasan wilayah, kebiasaan belanja berubah sehingga berujung transaksi menurun di awal pandemi.
Meski ini situasi terberat, Suzy tak mengendurkan semangat juangnya untuk mempertahankan bisnis yang dibangun bersama suaminya, Hutomo Santoso, pada tahun 1992. Sama seperti pebisnis offline lainnya, Suzy meningkatkan penjualan secara online atau daring di masa pandemi.
“Karena pandemi ini benar-benar mengubah behaviour dari customer. Jadi omni channel salah satu jurusnya, produk kami bisa dibeli di online, via whatsapp ataupun toko saat sudah dibuka, itu menjadi fokus kami saat ini. Belajar dari pandemi,” jelas Suzy saat dihubungi Cantika, Jumat, 16 April 2021.
Menurut Suzy, penjualan produk secara online berkontribusi besar pada pemasukan di awal pandemi hingga saat ini. “Marketplace penting sekali saat toko tutup, bahkan saat toko buka pun masih berkontribusi cukup baik,” ucapnya.
The Body Shop Indonesia juga merilis aplikasi untuk mempermudah konsumen untuk belanja produk kecantikan dan perawatan kulit.
Selain fokus mengembangkan multichannel, Suzy menjelaskan tidak ada pengurangan pegawai tetap di The Body Shop Indonesia. Namun sistem kerja menjadi sangat cair atau fluid, tak lagi semata mengurusi tugas divisi masing-masing.
“Sebagian front office dipindahkan ke head office untuk mengurusi Whatsapp, aplikasi, promosi di marketplace, itu bisa menghasilkan lebih banyak order. Sebagian juga ada yang dipindahkan ke gudang saat toko tutup. Semua gotong royong itu yang membuat spirit kami tetap positif,” tukasnya.
Di mata Suzy, pandemi menjadi pengalaman yang luar biasa untuk sebuah organisasi. Ia melihat di situasi penuh tantangan ini setiap orang saling membantu untuk bertahan. Bahkan Suzy terkejut dengan kemampuan yang baru dilihatnya dari para pegawai di masa pandemi.
Contohnya, pegawai administrasi yang mampu membuat dan menyunting video sendiri untuk kebutuhan promo. Begitu pula dengan bakat menulis dari pegawainya yang kini menjadi copywriter mereka.
Bersama jajaran eksekutif lainnya, Suzy memberi rasa aman agar para pegawai tetap semangat bekerja. “Yang pertama dilakukan harus merasa aman. Saya dan suami saya bikin video, CEO kami Pak Aryo juga bikin video, supaya semua karyawan merasa aman. Dengan merasa aman, sama-sama kita bisa fokus kepada inovasi, kreativitas, efisiensi, kerja tim, strategi yang baik dan tajam menghadapi pandemi,” jelas ibu tiga anak itu.
Baca juga: Cara Wulan Tilaar Memimpin Martha Tilaar Spa Saat Pandemi: Be More Compassionate
Para jajaran top manajemen, lanjut Suzy, sempat mengurangi gaji secara sukarela selama tiga atau enam bulan. “Itu sangat membantu untuk melewati fase yang paling kritis saat itu,” lanjutnya.
Menjaga kesehatan para pegawai juga salah satu cara The Body Shop Indonesia mempertahankan bisnis di masa pandemi. Jadi, setiap dua bulan sekali, seluruh karyawan menerima sejumlah vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh atau imunitas.
Berkomitmen Melawan Kekerasan Perempuan dan Jaga Lingkungan
Tantangan bisnis di masa pandemi tak membuat Suzy dan timnya lengah menyoroti persoalan perempuan, termasuk kekerasan perempuan. The Body Shop Indonesia satu-satunya merek kecantikan yang vokal menyuarakan pengesahan Rancangan Undang-undang Penghapusan Kekerasan Seksual atau RUU PKS.
Seperti kita ketahui bersama, RUU itu sempat keluar dari Program Legislasi Nasional atau Prolegnas prioritas 2020 pada Juni 2020. Lalu, masuk kembali ke Prolegnas prioritas 2021 pada Maret 2021.
Suzy mengungkapkan ia adalah orang yang menggerakkan timnya berbuat aksi nyata untuk mendesak RUU PKS disahkan.
“Saya menggerakkan itu lets do it, coba kalau kita bisa pake brand kita, kita juga punya banyak customer untuk mendorong RUU itu masuk kembali ke prolegnas. Semua peduli, semua terlindungi. Ini landmark untuk perempuan mencapai jati diri. Itu yang membuat kami sangat keras sampai disahkan. Kami will keep on supporting this issue sampai disahkan,” tuturnya.
Lantas, apa yang dilakukan The Body Shop Indonesia untuk mendesak pengesahan RUU PKS? Yang pertama sudah mengumpulkan 500 ribu tanda tangan untuk petisi "Stop Sexual Violence" di tbsfightforsisterhood.
Selain petisi, The Body Shop Indonesia pada November 2020 silam melakukan aksi diam Shoes In Silence, sejumlah ratusan sepatu disusun di depan Gedung DPR, Jakarta. Selain sepatu beberapa karyawan dan pelanggan The Body Shop Indonesia, ada pula sepatu dari korban dan penyintas kekerasan seksual. Setiap sepatu punya cerita yang mewakili si pemiliknya. Aksi ini terinspirasi dari seniman asal Turki, Vahit Tuna, yang sempat memasang sepatu-sepatu sebagai instalasi seni yang mewakili jumlah korban kekerasan seksual.
Upaya ketiganya adalah menggalang donasi untuk pendampingan psikologi edukasi korban kekerasan seksual di Yayasan Pulih. Donasi bisa diberikan di toko The Body Shop Indonesia atau via online benihbaik.com.
Tak hanya terus mengedukasi masyarakat lewat leaflet di toko ataupun konten di media sosial, The Body Shop Indonesia juga telah beberapa kali berdiskusi dengan anggota Komisi VIII DPR RI yang membawahi lingkup tugas di bidang agama dan sosial.
Suzy Hutomo, Owner & Executive Chairperson The Body Shop Indonesia. Foto: Dok Pribadi
Ke depannya, kata Suzy, The Body Shop Indonesia dan Plan Indonesia akan fokus berbagi cara melindungi diri jika menghadapi kekerasan dan pelecehan seksual.
Ini bukan kali pertama The Body Shop Indonesia bersuara melawan kekerasan perempuan. Di tahun 2004 juga telah membuat petisi tanda tangan untuk melawan kekerasan perempuan.
Baca juga: Seni, Asi, dan Pandemi: Irma Hidayana & Gerak Melawan Ketidakadilan Tiada Henti
Suzy juga menaruh perhatian besar pada pelestarian lingkungan. Seperti kita ketahui bersama, The Body Shop Indonesia menerapkan kebijakan anti-kekerasan terhadap hewan (cruelty free) di setiap pembuatan produknya dan mengajak para pelanggan mengembalikan botol produk mereka usai pemakaian lewat program Bring Back Our Bottles.
Di luar bisnis kecantikannya, Suzy yang senang dikenal sebagai environmentalist ini aktif di berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan menjadi pengurus di beberapa organisasi lingkungan seperti Greenpeace Asia Tenggara (2008-2019), Yayasan KEHATI (2012-sekarang), Yayasan Kopernik (2016-sekarang). Suzy juga giat membagikan konten tips-tips sederhana melestarikan lingkungan dari ha-hal kecil dan dimulai dari rumah melalui Instagram dan blog Sustainable Suzy.
Menurut Suzy, kecintaannya pada lingkungan sudah tumbuh sedari kecil. Bersama keluarganya, ia kerap berkegiatan alam di kampung halamannya di Makassar, begitu pula saat liburan.
Jangan Kucilkan Anggota Keluarga atau Kerabat yang Terpapar Covid-19
Suzy Hutomo mengisahkan ada asisten rumah tangga dan supir yang sempat covid-19. Begitu pula dengan salah satu anggota keluarganya. Ketiganya menunjukkan gejala Covid-19 yang berbeda, demam, batuk, dan sakit perut. Begitu gejala itu muncul, Suzy langsung melakukan tes PCR untuk memastikan kondisi kesehatan seisi rumah.
Terlebih kesehatan ibunda yang tinggal bersamanya juga menjadi salah satu perhatiannya. Bahkan ia mengaku menyiapkan satu tabung oksigen di rumah untuk berjaga-jaga. Dari berbagai jurnal dan literatur yang dibacanya, Suzy mengaku telah menyiapkan langkah-langkah dan mempelajari prosedur jika ada anggota keluarganya yang menunjukkan gejala Covid-19.
Selain memperbanyak informasi Covid-19, Suzy menyarankan pentingnya menjaga kesehatan mental jika ada orang terdekat kalian yang positif Covid-19.
“Menurut saya, jangan menciptakan suasana terlalu serius yang membuat mereka merasa dikucilkan. Kita tetap berkomunikasi seperti biasa, hanya bedanya di online. Telepon, berkirim pesan, dan ciptakan hal yang positif. Makanan yang enak, main game, dihibur aja,” tutur perempuan kelahiran Oktober 1960 itu.
Baru-baru ini, Suzy menerima vaksin Covid-19. Menurutnya, program vaksinasi Covid-19 ditangani dengan baik oleh pemerintah. Ia menelisik dari birokrasi yang tidak panjang dan penerima vaksin bisa mendaftarkan diri lewat daring ataupun langsung ke puskesmas terdekat.
Baca juga: Frilasita Aisyah Yudhaputri, Peneliti Covid-19 yang Berkejaran dengan Waktu
Suzy Hutomo, Owner & Executive Chairperson The Body Shop Indonesia. Foto: Dok Pribadi
Di Rumah Saja, Suzy Semakin Peduli ke Sesama
Di masa awal pandemi, di mana pemerintah menganjurkan masyarakat beraktivitas di rumah saja, Suzy tetap fokus berbagi untuk sesama. Bersama suami, ia sempat mendirikan konter makanan gratis untuk masyarakat sekitar selama sebulan. Selain itu, ia mengisi hari-harinya dengan beberes rumah, memperbaiki barang rusak, menjahit hingga mendonasikan barang-barangnya.
“Jadi saya usahakan tidak terlalu banyak membeli barang-barang. Barang rusak, saya perbaiki seperti spatula, tas, hingga sepatu. Saya mulai menyortir barang untuk dijual di second hand shop dekat rumah, dibagikan ke sekeliling saya, ada juga yang saya kirim ke Setali Indonesia dan teman saya untuk dia buat jaket,” ucap perempuan yang sudah menetap di Bali sejak sembilan tahun lalu itu.
Suzy juga membantu mempertahankan usaha jahit di dekat rumahnya. Ia meminta penjahitnya membuat masker batik, lalu ia jual kepada teman-temannya yang berada di Singapura.
"Teman saya yang di Singapura mau bikin apa, saya minta dia yang buat. Saya juga minta dia buat baju keponakan. Proyek kecil-kecil itu sama asisten saya selama setahun lebih ini. Puji Tuhan dia bertahan hingga saat ini dan dapat pemasukan,” ujarnya.
Tak hanya bantu penjahit langganannya, Suzy juga jadi rajin menjahit saat di rumah saja. Satu buah karpet yang dibuat dari baju-bajunya yang tak terpakai sudah terbentang di rumahnya.
“Saya senang jahit karpet. Tadinya mau bikin 6 karpet karena aktivitas mulai bergeliat lagi, baru jadi satu. Perlu waktu juga untuk padu padan warna dan motifnya agar sedap dipandang,” ujar perempuan yang punya latar belakang sekolah mode itu.
Pandemi, Suzy Lebih Sering Berkebun dan Memperhatikan Kesehatan
Berkebun juga jadi aktivitas Suzy dalam menjaga kesehatan mental dan fisik. Ia mengisahkan mulai menanam bayam, terung, tomat bersama asisten rumah tangganya yang juga jago menanam. Jadinya, menu masakan mereka banyak dari hasil kebun sendiri.
Berkebun sebenarnya bukan hal baru bagi Suzy dilihat dari aneka koleksi tanamannya di Instagram pribadinya. Tapi sejak pandemi, ia lebih banyak belajar soal tanaman dan cara merawatnya.
Suzy juga rutin yoga seperti yang sudah dilakukannya sejak delapan tahun lalu. Bahkan ia mengaku lebih fit dari sebelumnya karena lebih banyak waktu memperhatikan kondisi kesehatannya. Mengingat kediamannya di dekat pantai, Suzy dan suami kerap berolahraga jalan kaki menuju pantai atau sebaliknya. “Saya dan suami bisa jalan kaki 8 kilometer,” ucapnya.
Untuk urusan pola makan, Suzy mengungkapkan tak ada perbedaan di masa pandemi dari sebelumnya. Ia sudah menerapkan pola makan sehat seperti mengurangi karbohidrat, gula, dan menjadi vegetarian.
“Saya sudah makan nasi shirataki sejak dua tahun lalu. Saya juga vegetarian sekitar 90 persen, belum bisa 100 persen. Sebab yang 10 persen itu karena saya harus keluar dengan suami, teman-teman, dan keluarga. Saya hanya makan boga bahari,” ujarnya.
Suzy juga bercerita jadi menikmati makan di rumah sejak pandemi karena bermanfaat untuk kesehatan sekaligus keuangan. “Lebih banyak makan di rumah sejak pandemi, ini perubahan besar. Dulunya kan kita sering makan di luar ya, tapi sejak pandemi, ternyata makan di rumah lebih sehat, bisa turun berat badan, dan save money juga. oke banget,” katanya.
Lestarikan Open Minded dari Kartini
Raden Ajeng Kartini atau Kartini di mata Suzy Hutomo adalah perempuan yang luar biasa, aktivis, dan empowering women. Suzy juga melihat Kartini sebagai perempuan yang open minded atau berpikirkan terbuka. Lewat surat-surat berbahasa Belanda yang ditulisnya kepada teman-temannya di Belanda, Kartini bisa membedah satu hal dari berbagai sisi, di mata Suzy.
“Dunia lebih terbuka untuk dia, dia bisa berkirim surat. Itu sangat luar biasa. Coba kalau dia tidak ada kesempatan. Bagaimana dia bisa develop pemikiran dia. Dia bisa dapat input dari luar. Karena saya sangat percaya kita harus open minded. Kita harus melihat sisi lain,” ujarnya.
Suzy mengatakan kartini zaman now sebaiknya open minded seperti Kartini agar bisa terus bertumbuh dengan beragam pemikiran yang ada di luar di sana dan tidak melupakan hal yang paling dibutuhkan diri sendiri. Contohnya di tengah gempuran aneka informasi di dunia digital, ia menganjurkan penggunaan media sosial untuk mengetahui berita aktual dan hal-hal positif yang bisa mengembangkan potensi, karier, atau impian.
“Know yourself and find your power untuk menciptakan perubahan. Carilah kekuatan Anda yang bisa membuat sesuatu perubahan positif di dunia seperti yang dilakukan Kartini. Tidak perlu besar, mulai dari hal kecil,” pungkas Suzy Hutomo.