CANTIKA.COM, Jakarta - Media sosial salah satu wadah terhubung dan berkomunikasi secara daring kepada teman-teman yang jauh secara geografis. Tak sedikit pula, orang menggunakan media sosial untuk mengekspresikan setiap perasaan, karya, maupun konten-konten sesuai bidang yang diminati.
Di sisi lain, sejumlah orang menggunakan media sosial untuk mengungkapkan masalah yang sedang dihadapi, termasuk suami istri yang membuka masalah rumah tangga mereka. Namun hal ini sebenarnya bukanlah tindakan yang benar di mata psikolog Anna Surti Ariani dan Kasandra Putranto.
Menurut Anna Surti, ada beberapa pengaruh yang menyebabkan seseorang memilih untuk mencurahkan isi hatinya ke media sosial. "Cukup sering karena tidak berpikir panjang, yang penting bisa mencurahkan perasaan, atau ingin menyerang pasangannya," paparnya saat dihubungi Cantika via WhatsApp pada Senin, 31 Mei 2021.
Bila pasangan suami istri menceritakan masalah rumah tangganya ke media sosial, berisiko kepada pasangan tersebut. "Belum tentu yang membaca curhatan adalah orang-orang yang cukup bijak. Cukup sering netizen mengatur atau bahkan menyalahkan tanpa tahu data sesungguhnya," Anna menambahkan.
Mencurahkan masalah rumah tangga di media sosial dapat dilihat dari dua sisi. "Sisi positifnya sebetulnya mereka bisa punya ‘ventilasi’ yaitu pelepasan untuk kekesalan yang mereka alami," jelas Anna Surti.
Namun sisi negatifnya adalah risiko yang ditimbulkan berbeda-beda sehingga bisa memunculkan konflik. "Risiko dampak viral dari persepsi positif maupun negatif bisa memberikan tekanan tinggi, bahkan memicu konflik yang lebih besar, terutama karena akan melibatkan dampak pada anak," ujar psikolog Kasandra Putranto saat dihubungi Cantika di hari yang sama.
Jika pasangan suami istri sudah memiliki anak disarankan semakin lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Anak akan meniru cara kedua orang tuanya menyelesaikan sebuah masalah. "Anak tidak selalu bangga lho dengan kelakuan orang tuanya, dan kalau ternyata orang tuanya mendapat caci maki, anak bisa merasa malu terhadap ortunya," ucap Anna Surti.
"Menjelekkan pasangan, hanya akan menyakitkan hati anak, terutama karena rekam jejak digital sulit dihapus, apalagi jika di-repost, reshare ataupun comment," tambah Kasandra Putranto.
Jika ingin mencurahkan isi hati soal masalah rumah tangga disarankan mencari orang yang tepat dan bisa dipercaya untuk menyelesaikan permasalahan. "Orang yang bisa dipercaya ini bisa sahabat, orangtua, keluarga, pemuka agama, konselor / psikolog dan lain-lain. Secara khusus, mereka yang punya keterampilan untuk mampu menangani kasus-kasus rumah tangga," saran Anna Surti.
Berat ataupun ringannya suatu permasalahan, tidak ada cara yang pasti untuk menyelesaikannya. Sebab setiap rumah tangga punya solusi sendiri-sendiri sesuai pasangan tersebut. Jika perpisahan jadi jalan yang terbaik untuk hubungan suami istri, Kasandra menganjurkan perpisahan secara baik-baik dan tetap memprioritaskan kepentingan anak.
Baca juga: 5 Alasan Pasangan Jarang Unggah Kebahagiaan di Media Sosial
NATHASYA ESTRELLA