CANTIKA.COM, Jakarta - Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) diselenggarakan setiap tahun pada tanggal 23 Juli berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1984 dilaksanakan tingkat Pusat dan Daerah, serta Perwakilan RI di Luar Negeri.
Peringatan HAN merupakan momentum penting untuk menggugah kepedulian dan partisipasi seluruh komponen bangsa Indonesia dalam menjamin pemenuhan hak anak atas hak hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati mengatakan di masa pandemi covid-19 sekarang ini, keseharian anak-anak ikut berubah. Mereka tidak lagi memiliki kesempatan berinteraksi bersama dengan teman sebayanya seperti biasanya. Namun, hal tersebut tidak lantas membuat mereka berhenti peduli antar sesama.
"Pentingnya karakter kepedulian dalam lingkungan masyarakat sangat dibutuhkan di tengah pandemi virus covid-19 seperti ini karena dampak dari virus ini begitu luas, tidak hanya mengancam nyawa, tapijuga berpengaruh terhadap kondisi psikis masyarakat terutama anak-anak," ucap Menteri Bintang melalui siaran pers, Kamis 22 Juli 2021.
Pada penyelenggaraan HAN tahun ini, menurutnya anak-anak memiliki kesempatan untuk menunjukkan kepeduliannya terhadap sesama agar tetap bergembira di rumah. Berbeda dengan peringatan pada tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan HAN tahun ini menghadapi tantangan karena adanya pandemi (COVID-19) di Indonesia yang berimplikasi pada masyarakat, terutama anak.
Terdapat berbagai persoalan seperti masalah pengasuhan bagi anak yang orangtuanya positif COVID-19, kurangnya kesempatan bermain dan belajar serta meningkatnya kasus kekerasan selama pandemik sebagai akibat diterapkannya kebijakan jaga jarak maupun belajar dan bekerja di rumah.
Tahun ini Menteri Bintang mengajak anak Indonesia untuk kembali pada permainan tradisional yang merupakan permainan rakyat warisan leluhur yang tumbuh dan berkembang di masyarakat serta diwariskan generasi ke generasi, sebagai contoh dongeng.
Meskipun ada anggapan mendongeng dan bermain permainan tradisional adalah kuno, tidak bergengsi, norak, udik, tetapi permainan tradisional ini mampu menstimulasi pemikiran yang inovatif dan futuristik.
Beberapa pesan moral yang dapat disampaikan melalui permainan tradisional antara lain:
a. Permainan tradisional mengajarkan berbagi sesama teman, karena permainan menuntut untuk berinteraksi langsung dengan lawan main
b. Masing-masing pemain harus bersikap sportif pada setiap permaian dan harus dapat menerima jika dia kalah
c. Setiap pemain harus menyelesaikan permainan dari awal sampai akhir, tidak boleh berhenti di tengah permainan (tidak boleh putus asa
d. Masing-masing pemain perlu berpikir kreatif, sehingga kelak anak-anak tersebut menjadi manusia dewasa yang kreatif (dalam hal positif tentunya)
"Saat ini kita hidup dengan kebiasaan baru (New Normal), sehingga dan permainan tradisional juga harus menerapkan protokol kesehatan meskipun dilakukan di rumah. Mendongeng dan bermain permainan tradisional tetap bisa dilakukan anak beserta orang tua, kakak, maupun adik tetapi tetap dengan protokol Kesehatan," ungkapnya.
Untuk meningkatkan kreatifitas anak, perlu permainan yang unik dan bisa dilakukan orang tua bersama anak-anak untuk menghilangkan kekhawatiran berlebihan dan kebingungan anak-anak menghadapi kondisi new normal, sehingga permainan tradisional oleh orang tua bersama anak akan menjadihiburan tersendiri yang meningkatkan kegembiraan mereka sehingga meningkatkan sistem imun dalam diri anak-anak kita.
Berdasarkan tantangan tersebut, maka tema HAN tahun 2021 adalah “Anak Terlindungi, Indonesia Maju” dengan Tagline #AnakPedulidiMasaPAndemi. Hal ini sebagai motivasi bahwa pandemik tidak menyurutkan komitmen untuk tetap melaksanakan HAN tahun ini secara virtual, tanpa mengurangi makna HAN.
Baca: Jelang Hari Anak, Optimalkan Daya Tahan Tubuh Si Kecil di Tengah Pandemi