CANTIKA.COM, Jakarta - Sejak masa Pandemi Covid-19 tahun lalu, tren busana banyak mengalami perubahan. Salah satunya orang lebih banyak memilih busana rumahan atau homedress yang nyaman dikenakan sehari-hari. Salah satu motif yang kembali hits ialah tie dye. Apakah kamu pernah mendengar?
Motif tie dye kemudian menjadi salah satu inspirasi bagi Dian Pelangi untuk mengaplikasikan dalam bentuk hijab atau scarf. Hal itu diketahui dari laman instagramnya, Rabu 8 September 2021.
"Pernah denger ‘Tie-dye’? Teknik ikat celup yang hype pada Tahun 70-an dan terkenal dengan motif spiral yang menjadi ciri khas gaya hippie," tulis Dian pelangi yang mengunggah foto sedang mengenakan hijab motif tie dye warna merah dengan dasar putih dari Dian Pelangi Studio, lini fashion miliknya.
Menurut ibu satu putri ini, proses menciptakan motif ini cukup mudah, yaitu dengan teknik melipat, pelintir, melipit, atau meremas kain setelah itu diikat dengan tali atau karet, dicelupkan ke pewarna dan ketika tali atau karetnya dibuka akan tercipta sebuah motif yang unik.
Merujuk sejarah, contoh paling awal dari motif tie dye ditemukan di Peru pada tahun 500. Desain-desain pada kain tersebut meliputi lingkaran dan garis kecil dengan warna terang seperti merah, kuning, biru, dan hijau.
Menurut Dian Pelangi di beberapa negara punya teknik khusus dalam menghasilkan motif ini, di Jepang, namanya ‘Shibori’. Di India, namanya ‘Bandhani’, Afrika dan Thailand juga punya versi mereka sendiri.
"Nah kalau di Indonesia, yang terkenal adalah motif tie-dye dari Sumatera Selatan, namanya ‘Jumputan’ atau biasa dikenal dengan kain ‘Plangi’. Di Banjarmasin juga ada yang namanya Sasirangan, semua punya ciri khas dan sejarah masing-masing dalam tiap helainya. MashAllah ♥
Melansir dari berbagai sumber, saat ini teknik pewarnaan tie dye banyak menggunakan pewarnaan sintetik yang mudah digunakan, tahan lama, dan cepat mewarnai. Namun, diawal ditemukannya teknik ini, para pengrajin menggunakan pewarna alami yang diekstrak dari alam.
Sumber pewarna tersebut meliputi akar-akaran, buah beri, bunga, dan dedaunan. Hingga saat ini, bahan-bahan tersebut masih digunakan oleh pengrajin yang mendukung pewarnaan dan fashion organik.
Kain yang digunakan untuk pewarnaan biasanya menggunakan kain dari bahan alami. Hal ini karena kain alami akan menahan warna lebih baik dibandingkan kain sintetis.
Baca: Gaya Serasi Dian Pelangi dan Baby Rumi, Nuansa Warna Cerah dan Corak Floral