CANTIKA.COM, Jakarta - Kelangsungan batik di masa mendatang sangat tergantung pada apa yang kita lakukan saat ini. Tradisi oral pewarisan keterampilan membatik mulai pudar di masyarakat karena generasi penerus lebih banyak yang memilih profesi lain daripada pembatik.
Kegelisahan tersebut kemudian menjadi pijakan kolaborasi yang terjalin antara Museum Batik Indonesia dengan komunitas literasi Nulis Aja Dulu (NAD). Kolaborasi bertajuk Lomba Menulis Dongeng Batik Nusantara diharapkan bisa menginspirasi banyak orang untuk semakin dekat dan mencintai batik.
Hal itu disampaikan oleh Pamong Budaya Ahli Muda pada Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Archangela Y. A. "Jadi karena NAD adalah komunitas menulis, diharapkan teman-teman dapat membuat karya yg terinspirasi dari batik, mulai mempelajari apa itu batik, semakin mencintai batik, dan turut melestarikan batik. Dan sekaligus mempublikasikan nilai budaya batik," ucapnya melalui pesan instan, Selasa 21 September 2021.
Sementara itu Founder sekaligus Admin Komunitas NAD Melanie Agustine mengatakan kerjasama dengan Museum Batik Indonesia dijalin dengan tujuan utama memperkenalkan museum batik yang baru berdiri ini.
"Saat ini museum batik indonesia belum dibuka untuk umum karena masih dalam proses penataan, tapi kami melihat pentingnya keberadaan museum ini dikenal oleh masyarakat, terutama kaum muda," ucapnya saat dihubungi melalui pesan instan, Selasa 22 September 2021.
Tema batik dipilih, menurut Melanie karena berkaitan dengan perayaan Hari Batik Nasional pada 2 oktober mendatang. dengan tujuan untuk memberikan edukasi mengenai definisi batik. Banyak orang keliru menganggap semua tekstil dengan motif batik sebagai batik, padahal yang dimaksud dengan batik adalah kain yang digambari, diberikan motif dengan melibatkan lilin dan pewarnaan
Senada dengan Melanie, Archangela juga menyampaikan jika tujuan kerjasama tersebut ialah mendukung pelestarian batik karena merupakan tanggung jawab kita sebagai generasi yang telah diwariskan pengetahuan ini dari generasi sebelumnya. Jika tidak dilakukan upaya pelestarian, tentu pengetahuan batik akan hilang.
"Untuk ke depan, kami sangat mengharapkan kerjasama dari berbagai pihak untuk bersama-sama melestarikan batik di Indonesia," harap Archangela.
Lantas mengapa format dongeng 200 kata yang dipilih? Melanie mengatakan melihat jika pola komunikasi masyarakat Indonesia yang lebih kuat tradisi lisan dibandingkan tulisan.
"Sebelum lomba ini, kami pernah menggelar FFF atau Fun Flash Fiction, kompetisi menulis fiksi mini 100 kata dengan tema kearifan lokal. Salah satu tema harian yang diberikan adalah batik. pada saat lomba FFF itu kami mendapatkan lebih dari 400 karya yang bertemakan batik," tambahnya.
Sebagai informasi Lomba Dongeng Batik Nusantara akan digelar mulai tanggal 2 hingga 7 Oktober 2021 yang diunggah di sosial media masing-masing. Peserta diminta menuliskan naskah berupa dongeng dengan mengambil tema batik, antara lain batik tulis, batik cap, batik nenek, dan selendang batik ibu.
Menariknya, tim juri akan memilih 200 naskah untuk dibukukan dalam antologi Dongeng Batik Nusantara dan enam orang pemenang naskah terbaik akan mendapatkan masker, pouch batik, dan buku eksklusif terbitan Kemendikbudristek.
Baca: Hari Batik Nasional, Kisah Kain Batik Garuda Nusantara Sepanjang 74 Meter